Karakteristik Pasangan Usia Subur Yang Tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di Indonesia masih yang paling tinggi di Asia Tenggara yakni 307 per seratus ribu kelahiran hidup yang berarti 50 ibu meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan, itu menurut data tahun 2003
Angka tersebut, menurut Direktur Bisa Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan telah turun menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup pada 2005. Namun demikian kondisi itu belum merubah status Indonesia sebagai negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara karena angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara lainnya masih jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia. Angka kematian ibu Indonesia tahun 2005 juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata angka kematian ibu di Asia Timur yang menurut data Unicef sebesar 110 per seratus ribu kelahiran hidup(http://www.gatra.com/2006-01-23/artikel.php).
Dalam rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2002 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta yang dilahirkan hidup dan sehat (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Sedangkan Kesehatan Reproduksi merupakan kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Dalam pengertian kesehatan reproduksi tersebut, terkandung di dalamnya pengertian tentang hak-hak reproduksi, sebagai bagian dari hak azasi manusia. Hak-hak reproduksi tersebut antara lain adalah hak untuk mendapatkan informasi (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Visi paradigma baru program keluarga berencana nasional adalah untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan misi dari keluarga berencana nasional pada paradigma baru adalah menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu dari lima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi terwujudnya penduduk yang berkualitas (Sarwono Prawirohardjo, 2003).
Pengertian mutu pelayanan mencakup dua dimensi : petugas pelayanan dan klien, dan akses terhadap pelayanan kontrasepsi yang bermutu. Dari dimensi petugas pelayanan yang dimaksud pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang bermutu sesuai standar mutu pelayanan yang sudah ditetapkan, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan hak-hak klien. Dari dimensi klien, pelayanan dianggap bermutu apabila pelayanan mampu memberikan kepuasan kepada klien. Dengan kata lain, pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan serta hak-hak klien (http://www.bkkbn.go.id/ ditfor/ program_detail.php?prgid=8).
Apabila dianalis lebih mendalam, ternyata keberhasilan tersebut belum merata. Tingkat fertilitas pada keluarga miskin ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang tingkat ekonominya lebih tinggi, berturut-turut tingkat fertilitas tersebut adalah 3.0 dan 2.2. (http://www.bkkbn.go.id/ditfor/ program_detail.php).
Saat ini baru 66% pasangan usia subur (PUS) di Indonesia yang mengikuti program keluarga berencana (KB). Pemerintah telah menetapkan tiga skenario untuk menekan pertambahan jumlah penduduk hingga 2015. Pertama, jika peserta KB meningkat 1% setiap tahun, penduduk Indonesia hanya akan menjadi 237,8 juta jiwa. Kedua, bila peserta KB tetap konstan 60%, penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 255,5 juta jiwa. Ketiga, jika peserta KB menurun menjadi 0,5% per tahun, jumlah penduduk Indonesia akan membengkak menjadi 264,4 juta jiwa (http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional).
Data Pasangan Usia Subur untuk Kabupaten .......... ....... pada tahun 2006 sebanyak 194.379 pasangan sedangkan yang mengikuti program KB sebagai peserta baru dan peserta aktif sebanyak 150.230 pasangan atau mencapai 81,84% (www.depkes.co.id/profil-lampung.pdf, 2006).
Data PUS untuk Desa Sukoharjo pada tahun sampai dengan bulan Mei 2008 terdapat 884 PUS dan cakupan pelayanan Keluarga Berencana yang ditetapkan sebesar 707 PUS (80%) dari jumlah PUS, sedangkan relasisasi pencapaiannya baru mencapai 654 PUS (73,9%).
Pengumpulan data PUS untuk Desa Sukoharjo pada tahun 2006 sebanyak 763 PUS dan yang mengikuti program KB sebanyak 572 PUS (74,9%), pada tahun 2007 sebanyak 821 PUS dan yang mengikuti program KB sebanyak 602 PUS (73,3%), dan untuk data tahun 2008 sebanyak 884 PUS dan yang mengikuti program KB hanya mencapai 654 PUS (73,9%). Dari data tersebut dapat diketahui pula jumlah PUS yang tidak mengikuti program KB dari tahun 206 sampai 2008 berturut-turut adalah 191 PUS (25,1%), 219 PUS (29,7%), dan 230 PUS (26,1%) (Profil Desa Sukoharjo, 2008).
Berdasarkan data tersebut maka permasalahan yang melatarbelakangi penelitian mengenai karakteristik PUS yang tidak mengikuti KB di Desa Sukoharjo adalah adanya kenaikan dan penurunan jumlah pasangan Usia Subur yang tidak mengikuti Program KB di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, maka diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu "Bagaimana karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008 ?".

C. Ruang Lingkup
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.
3. Subjek Penelitian : Semua Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.
4. Lokasi Penelitian : Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei-Juni 2008.
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik Pasangan Usia Subur yang mempengaruhi mereka sehingga tidak mengikuti program KB.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ....... tahun 2008.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agar lebih memahami dan mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pasangan usia subur dan Keluarga Berencana.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai salah satu bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan mengenai karakteristik pasangan usia subur di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung .......... ........
3. Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana
Sebagai masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustakaan Akbid Wira Buana Metro.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Karakteristik Pasangan Usia Subur Yang Tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa
IKLAN2

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi 6 – 24 Bulan di BPS

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 – 24 BULAN DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 yang dikutip oleh Siswono (2006) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI (gizi online, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Berdasarkan hasil pra survey di BPS Nur Aisyah Sekampung pada bulan Maret 2008, jumlah bayi yang berusia 6 – 24 bulan sebanyak 108 bayi dan sudah diberikan makanan pendamping ASI.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan Ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung .......... ........

B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah diatas maka penulis membuat rumusan masalah "Bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan".

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Subyek penelitian : Seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi 6 – 24 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI.
4. Lokasi penelitian : Di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten .......... ........
5. Waktu penelitian : Maret – Mei 2008.

D. Tujuan Penelitian
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten .......... ........

E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang didapat selama kuliah dalam rangka pengetahuan ibu menyusui.
2. Seluruh Ibu menyusui di desa Trimulyo Puskesmas Sekampung Kabupaten .......... ........
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 – 24 BULAN DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi 6 – 24 Bulan di BPS
IKLAN2

Adopsi USB 3.0 Lebih Cepat di Komputer Mobile

IKLAN1



Menurut laporan lembaga riset In-Stat, kebutuhan untuk menghapuskan tipe koneksi lain untuk menghemat tempat dan memungkinkan desain yang lebih ringkas membuat SuperSpeed USB akan lebih cepat digunakan pada netbook dan mobile PC lainnya.


Saat ini, menurut In-Stat, 97 persen produk komputer jinjing menggunakan USB 2.0. Akan tetapi, diperkirakan, pada 2014 mendatang, pasar akan sepenuhnya beralih ke SuperSpeed USB atau USB 3.0.

"Di masa lalu, teknologi antarmuka terbaru lebih cepat diadopsi oleh komputer desktop. Akan tetapi kini sudah berubah," kata Brian O'Rourke, analis In-Stat, seperti dikutip dari XbitLabs, 16 Juni 2010.


"Komputer mobile kini menyingkirkan drive optik dan harddisk berukuran bongsor," kata O'Rourke. "Artinya, ada kebutuhan mendesak atas interface yang lebih cepat untuk menghubungkan komputer mobile tersebut dengan penyimpanan eksternal," ucapnya.


PENASARAN lihat kelanjutannya disini:
http://dunia-statistik.blogspot.com/2010/06/adopsi-usb-30-lebih-cepat-di-komputer.html
lihat artikel selengkapnya - Adopsi USB 3.0 Lebih Cepat di Komputer Mobile
IKLAN2

Komputer Berbahaya Untuk Anak - Anak

IKLAN1



Menurut psikolog Dr Aric Sigman, PC bisa merusak otak anak-anak yang masih dalam usia perkembangan. Sigman mengungkapkan, anak-anak di bawah umur sembilan tahun sebaiknya tidak diperbolehkan menggunakan PC.


Kepada harian The Telegraph, seperti dikutip 16 Juni 2010, Sigman mengatakan bahwa memperkenalkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) pada usia dini menyebabkan kemampuan untuk mencurahkan perhatian pada suatu hal menjadi berkurang.


Sigman merujuk pada program Early Years Foundation Stage (EYFS), yang diperkenalkan pemerintah Inggris pada 2008. Program tersebut memaparkan 12 hal terkait IT yang sebaiknya diperkenalkan anak-anak saat mereka mulai menginjak usia lima tahun.


Program tersebut antara lain melakukan penelitian dengan memperkenalkan sebuah komputer pada anak berusia 22 bulan. Anak-anak juga kemudian diarahkan agar mampu memanfaatkan fungsi-fungsi ICT sederhana, termasuk menggunakan mouse dan keyboard pada usia 40 bulan.

PENASARAN lihat kelanjutannya disini:
http://dunia-statistik.blogspot.com/2010/06/komputer-berbahaya-untuk-anak-anak.html
lihat artikel selengkapnya - Komputer Berbahaya Untuk Anak - Anak
IKLAN2

CPU Error Karena Kemasukan Ular

IKLAN1
Seorang wanita di amerika mengalami gangguan dengan CPU rumahnya, ia mengakui kepada teknisi vendor computernya bahwa computernya mengeluarkan suara mendesis dan performa CPUnya menjadi menurun jauh, dan kadang - kadang suka hang tanpa sebab. Sang teknisi pun memutuskan untuk datang langsung ke TKP untuk mengecek CPU wanita tersebut.

Ketika sang teknisi datang, wanita tersebut menceritakan, ' Tadi pagi CPU saya nyalakan kembali dan masih mengeluarkan suara bising mendesis dan akhirnya ada suara seperti percikan api di dalam CPU, dan akhirnya malah seperti ada suara ledakan kecil di dalam dan akhirnya komputer saya mati total sekarang. '

Ketika sang teknisi membuka CPU tersebut, dia dan sang wanita sangat terkejut akan apa yang menyebab CPUnya rusak. Ini yang mereka temukan di dalam :







lihat artikel selengkapnya - CPU Error Karena Kemasukan Ular
IKLAN2

Digital Alliance and AMD Point Blank Gaming Competition 3-4 July 2010 in Medan

IKLAN1

DA - AMD Gaming Competition 3-4 July 2010


Digital Alliance and AMD Gaming Competition – Fight to Eternal Glory

Point Blank Competition





Registration:

Biaya Pendaftaran Rp 50.000 / Team

Free KAOS DA untuk 40 tim pendaftar pertama.



Jadwal :

3-4 July 2010



Tempat Pendaftaran



Seven Net

Jln. Madong Lubis no. 42

Call : 061-91032289



Hadiah :



1st Place : 250.000 Points / Teams Atau 50.000 Points Per User

+ Rp. 2.000.000

2nd Place: 175.000 Points / Teams Atau 35.000 Points Per User

+ Rp. 1.000.000

3rd Place: 125.000 Points / Teams Atau 25.000 Points Per User

+ Rp. 500.000

informasi lanjut: http://dunia-statistik.blogspot.com/2010/06/digital-alliance-and-amd-point-blank.html
lihat artikel selengkapnya - Digital Alliance and AMD Point Blank Gaming Competition 3-4 July 2010 in Medan
IKLAN2

Kasus Ariel Cermin Orang Indonesia Sakit

IKLAN1



INILAH.COM, Jakarta - Masyarakat Indonesia dinilai sedang sakit dalam menyikapi peredaran video porno Ariel. Di satu sisi menghujat peredaran video porno, tetapi di sisi lain banyak yang ingin tahu.

Pakar pendidikan, sosiologi dan kemasyarakatan A Hanief Saha Ghafur menyebut masyarakat Indonesia kelihatan sehat-sehat saja. Tetapi di dalamnya masyarakat sebenarnya sedang sakit (sickness society) dan sudah berlangsung sejak dulu.

"Dalam kasus video porno Ariel itu misalnya, kasus ini dihujat dan tidak dibenarkan oleh masyarakat, tetapi di sisi lain video porno ini malah banyak dicari. Jadi sakit karena masyarakat tidak mempunyai apa yang disebut dengan daya tangkal moral yang kuat," katanya saat dihubungi dari Jakarta, kemarin.

Menurutnya masyarakat Indonesia dari dulu sudah terbiasa menjadi pesakitan yang bermuka dua. Di satu sisi menganggap sebagai hal yang buruk, tetapi di sisi lain juga ikut mencari atau mendukung hal buruk itu.

Sementara masyarakat Indonesia yang terlihat makin permisif pada hal yang berbau pornografi itu tidak berhubungan dengan adat barat ataupun adat ketimuran. Karena setiap kebudayaan mempunyai kejelekannya masing-masing.

Pornografi sendiri telah ada di dua kebudayaan ini sejak dulu, sehingga bukan menyangkut apakah adat ketimuran memudar atau tidak. Hanief mencontohkan kebudayaan asli pribumi kita sendiri sebenarnya sudah mempunyai budaya porno sejak dulu yaitu kumpul kebo.

Ia juga mencontohkan di satu daerah di Jawa Timur, suami atau istri bisa bebas melakukan hubungan seks dengan orang lain tanpa merasa risih. Hal itu karena masyarakat di wilayah itu sudah biasa dan mengizinkan kebebasan seperti itu.

"Jadi sebenarnya kita tidak perlu memikirkan apakah adat ketimuran Indonesia akan hilang atau tidak karena pornografi, karena itu juga merupakan bagian dari kebudayaan. Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana cara agar bangsa ini menjadi bangsa yang berkarakter dan kuat," imbuhnya.

Ketua Komnas Perlindungan Anak Aris Merdeka Sirait menilai untuk menjaga generasi bangsa dengan cara razia ponsel, serta larangan mengunjungi situs jejaring sosial tidak akan menyelesaikan masalah. Yang harus dilakukan adalah edukasi.

"Yang harus dilakukan lingkungan guru adalah membekali dan memberikan pengetahuan kepada murid baik SD, SMP, SMA bagaimana menggunakan teknologi yang tidak mungkin ditolak secara sehat. Jadi dalam bentuk pengetahuan, bukan regulasi yang melarang," imbuhnya.

Arist menilai regulasi penting, namun yang lebih urgent adalah pembekalan terhadap anak agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Sementara pemerintah, sekolah dan orang tua dinilai masih kurang dalam memberikan edukasi pada anak tentang penggunaan Facebook yang sehat, mana yang baik dan mana yang buruk.

Menurut Arist Facebook membuat anak menjadi narsis dan mudah dirayu untuk bertemu orang asing. Sementara foto dengan pakaian tank-top sudah biasa ditampilkan dan lama-lama foto telanjang bisa jadi yang akan diunggah di Facebook.

"Sungguh membahayakan. Fakta menunjukkan 53,6% pengguna internet di dunia adalah remaja. Edukasi dan pembekalan terhadap anak urgent dibutuhkan saat ini," tandasnya.

Sementara A Hanief Saha Ghafur menilai peredaran video porno artis terkenal itu akan makin memicu seks pranikah. Seks yang dilakukan sebelum menikah itu berada dalam ranah norma agama dan norma moral. Ketika bentuk kebebasan yang permisif sudah diterima sebagai kewajaran, maka norma-norma akan mengalami perubahan bentuk atau kehilangan fungsinya.

Apalagi, kata Hanief masyarakat kita mempunyai apa yang disebut split society, keadaan masyarakat yang mempunyai kepribadian terpecah.

"Contohnya, ketika Ramadhan semua orang ramai-ramai, baik artis, pejabat, ataupun orang awam akan berpakaian muslim, terlihat pergi ke masjid, melakukan sumbangan. Tetapi setelah itu mereka kembali ke kebiasaan lamanya. Bermuka dua. Inilah cermin dari suatu masyarakat split society," katanya.


sumber : inilah.com
lihat artikel selengkapnya - Kasus Ariel Cermin Orang Indonesia Sakit
IKLAN2

10 Tips Cara Mudah Merbersihkan PC Anda

IKLAN1
Ada banyak Cara untuk Membersihkan PC Anda dari banyaknya file-file atau data-data yang yang tersimpan di hard disk komputer Anda, yang terkadang membuat kinerja komputer jadi kurang maksimal.

Banyak yang beranggapan bahwa membersihkan PC, membersihkan virus, atau membersihkan data-data yang tidak penting di komputer, mereka langsung mengambil langkah dengan men-format ulang hard disk komputer sebagai 'Jurus Ampuh' problem seputar komputer..

Padahal dengan melakukan format ulang belum tentu problem anda akan selesai, malah sebaliknya Semakin sering hard disk di format, semakin besar pula kemungkinan munculnya 'bad sector' pada hard disk.


10 Tips Cara Mudah Merbersihkan PC Anda

Bersihkan Desktop Anda – buang semua shortcut dan dokumen yang bertumpuk di desktop anda. Anda dapat menggunakan application launcher seperti Launchy untuk instant keyboard access tanpa danya gangguan.

Remove Program – buanglah program yang tidak lagi dibutuhkan, dengan uninstallation tool seperti Revo Uninstaller

Bersihkan Start Up, Registry, Cookies – CCleaner (singkatan dari crap cleaner) adalah PC clean up tool yang dapat digunakan untuk menambah disk space anda dan membuang file-file yang tidak dibutuhkan.

Rapihkan My Documents – Walaupun file search pada desktop memungkinkan anda untuk mengorganisir folder, sangat baik untuk merapihkan My document anda tanpa membuang banyak usaha.

Hapuslah Temporary Internet – bersihkan download file anda secara otomatis, email attachtment, dan temporary internet file yang lain dengan Windows Janitor Script.

Check Isi Hard Disk – Kehabisan tempat pada hard disk anda, tapi tidak tahu apa yang ada pada computer anda? WinDirStat dapat menjelaskan kepada anda apa saja yang memakan tempat pada disk anda, jadi anda dapat membuangnya tanpa ragu.

PENASARAN lihat kelanjutannya disini:
http://dunia-statistik.blogspot.com/2010/06/10-tips-cara-mudah-merbersihkan-pc-anda.html
lihat artikel selengkapnya - 10 Tips Cara Mudah Merbersihkan PC Anda
IKLAN2

7 Kebiasaan Orang - Orang Berdaya Ingat Kuat

IKLAN1

Orang-orang berdaya ingat kuat memiliki beberapa kebiasaan yang tidak akan mereka lewatkan tiap harinya. Melatih kebiasaan itu mungkin bisa membuat Anda menjadi salah satu dari mereka yang berdaya ingat kuat.


Melindungi dan meningkatkan kemampuan otak sangatlah mudah. Cukup melatih beberapa kebiasaan kecil dan ubah pola hidup yang tidak baik. Otak akan tetap hidup bahkan meningkat kemampuannya jika terus dilatih dan digunakan.

Sebuah survei online dilakukan oleh para peneliti Australia terhadap 29.500 orang responden yang telah diseleksi dan termasuk kategori orang-orang yang memiliki daya ingat kuat.

Para responden sebelumya menjalani beberapa tes ingatan seperti mengingat kejadian-kejadian 1, 5 atau 20 tahun yang lalu, menghafal daftar belanja, mengingat wajah orang, nama-namanya serta pekerjaannnya masing-masing.

Peneliti juga menganalisis pola hidup dan pola makannya sehari-hari. Akhirnya setelah melakukan beberapa analisis, para peneliti mengetahui dan menyimpulkan 7 kebiasaan orang-orang dengan daya ingat yang kuat.

ini dia 7 kebiasaan sederhana mereka yang berdaya ingat kuat yang bisa Anda terapkan sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan otak.


1. Tidak mengonsumsi alkohol

Mereka dengan memori yang kuat ternyata jarang mengonsumsi minuman-minuman beralkohol, karena ternyata alkohol dapat merusak sistem saraf dan melemahkan kemampuan otak.

2. Menonton televisi tidak lebih dari satu jam setiap harinya

Orang-orang berdaya ingat kuat jarang melihat tontonan-tontonan yang tidak terlalu penting, kecuali tontonan yang sifatnya mengedukasi. Mereka lebih sering membaca ketimbang menonton.

3. Sering membaca novel

Dengan membaca novel, otak akan dilatih berpikir dan menebak-nebak apa yang akan terjadi. Alur cerita novel yang berliku-liku akan membuat otak terus berpikir tapi dalam bentuk petualangan otak yang lebih menarik dan seru.

PENASARAN lihat kelanjutannya disini:
http://dunia-statistik.blogspot.com/2010/06/7-kebiasaan-orang-orang-berdaya-ingat.html
lihat artikel selengkapnya - 7 Kebiasaan Orang - Orang Berdaya Ingat Kuat
IKLAN2

Mengerikan!!! Lihat Kecepatan Internet Di Jepang

IKLAN1



Setelah melihat hasil test kecepatan Beberapa ISP (Internet Service Provider) di Jepang saya jamin pembaca sekalian akan melongo. Jepang memang dikenal dengan Internet Speed Acces yang tinggi dan bahkan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Alasan kenapa Jepang memiliki speed internet tinggi karena didukung jaringan kabel bawah laut yang luas serta dukungan fiber optic wire yang data cariernya jauh lebih bagus dibanding dengan kabel biasa.

Selain itu pengguna layanan provider tidak dikenakan biaya mahal. Perusahaan telekomunikasi Jepang, KDDI telah mengeluarkan jasa penyedia koneksi internet terbaru mereka yang diberi nama Hikari One Home Gigabit.Apa hebatnya mereka cuma memberikan kecepatan akses internet melalui kabel fiber sampai 1 Gbps (1000 Mbps).Untuk layanan secepat kilat itu, pengguna layanan hanya perlu membayar 5.560 Yen (sekitar Rp. 512.000) per bulannya. Tentunya hal ini dipastikan tidak akan sering putus nyambung seperti provider nasional.

Untuk home internet kecepatan 1 Gbps sangatlah luar biasa, bagaimana tidak dengan kecepatan seperti itu mendownload file 100 MB bisa ditempuh dalam waktu 1 menit saja. Bagi yang hobi download bisa dipastikan hardisk komputer bakal jebol dalam hitungan hari saja.

PENASARAN lihat kelanjutannya disini:

http://dunia-statistik.blogspot.com/2010/06/mengerikan-lihat-kecepatan-internet-di.html

lihat artikel selengkapnya - Mengerikan!!! Lihat Kecepatan Internet Di Jepang
IKLAN2

Shalahuddin Al-Ayyubi, Macan Perang Salib Berhati Selembut Kapas

IKLAN1


Anda pernah menonton film Kingdom Of Heaven? Kalau iya pasti anda mengenal sosok yang satu ini. Ya beliau adalah Shalahudin Al ayubi. Raja kaum muslim yang sangat dibenci, ditakuti, sekaligus dikagumi oleh musuh-musuhnya di masa perang salib. Kehebatan beliau sampai-sampai dibuat dalam film dan game. Game yang terkenal yaitu diantaranya Strong hold Crusader dan Templar Knight. Dunia Barat lebih akrab dengan nama Shalahadin atau Saladin saja.

Shalahuddin Al-Ayyubi (baca Sholahudin) sebenarnya hanya nama julukan dari Yusuf bin Najmuddin. Shalahuddin merupakan nama gelarnya, sedangkan al-Ayyubi nisbah keluarganya. Beliau sendiri dilahirkan pada tahun 532 H/ 1138 M di Tikrit, sebuah wilayah Kurdi di utara Iraq.

Sejak kecil Shalahuddin sudah mengenal kerasnya kehidupan. Pada usia 14 tahun, Shalahuddin ikut kaum kerabatnya ke Damaskus, menjadi tentara Sultan Nuruddin, penguasa Suriah waktu itu. Karenan memang pemberani, pangkatnya naik setelah tentara Zangi yang dipimpin oleh pamannya sendiri, Shirkuh, berhasil memukul mundur pasukan Salib (crusaders) dari perbatasan Mesir dalam serangkaian pertempuran.

Pada tahun 1169, Shalahuddin diangkat menjadi panglima dan gubernur (wazir) menggantikan pamannya yang wafat. Setelah berhasil mengadakan pemulihan dan penataan kembali sistem perekonomian dan pertahanan Mesir, Shalahuddin mulai menyusun strateginya untuk membebaskan Baitul Maqdis dari cengkeraman tentara Salib.


Shalahuddin terkenal sebagai penguasayang menunaikan kebenaran—bahkan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Tepat pada bulan September 1174, Shalahuddin menekan penguasa Dinasti Fatimiyyah supaya tunduk dan patuh pada Khalifah Daulat Abbasiyyah di Baghdad. Belom cukup sampai di situ, tiga tahun kemudian, sesudah kematian Sultan Nuruddin, Shalahuddin melebarkan sayap kekuasaannya ke Suriah dan utara Mesopotamia. Satu persatu wilayah penting berhasil dikuasinya: Damaskus (pada tahun 1174), Aleppo atau Halb (1138) dan Mosul (1186).

PENASARAN lihat kelanjutannya disini:

http://dunia-statistik.blogspot.com/2010/06/shalahuddin-al-ayyubi-macan-perang.html

lihat artikel selengkapnya - Shalahuddin Al-Ayyubi, Macan Perang Salib Berhati Selembut Kapas
IKLAN2

Gambaran Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kurun waktu tiga dasawarsa, Program KB Nasional telah mencapai keberhasilan yang cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan semakin diterimanya norma keluarga sebagai bagian dari tata kehidupan masyarakat yang tercermin dari semakin meningkatnya angka kesertaan ber-KB, mengecilnya rata-rata jumlah anak yang dimiliki keluarga, menurunnya angka kematian ibu, bayi, dan anak, serta menurunnya angka pertumbuhan penduduk. Berdasarkan hasil sensus penduduk 1990 dan 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 179,4 Juta (1990) dan 206,2 juta jiwa (2000), dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% pada periode 1990 – 2000 atau lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk periode 1970 – 1980 (2,32%) dan periode 1980 – 1990 (1,97%).
Tahun 1990 – 1991, Departemen Kesehatan dibantu WHO, UNICEF, dan UNDP melaksanakan assesment safe motherhood. Suatu hasil dari kegiatan ini adalah Rekomendasi Rencana Kegiatan Lima Tahun. Departemen kesehatan menerapkan rekomendasi tersebut dalam bentuk strategi operasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI). Sasarannya adalah menurunkan AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada 1986, menjadi 225 pada tahun 2000.
Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti status wanita dan pendidikan. Walaupun masalah tersebut perlu diperbaiki sejak awal, namun kurang realistis bila mengharapkan perubahan drastis dalam tempo singkat.
Upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe mohterhood, salah satunya adalah Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses keinformasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan jarak kehamilan dan jumlah anak.
Keluarga berencana merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi. Keluarga berencana tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi dengan melindungi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesehatan.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah salah satu alat kontrasepsi berjangka panjang dan efektif untuk menjarangkan kelahiran anak. (10 Tahun Proteksi dari CUT-380A dan tidak perlu diganti). (Saifudin, 2003).
Di Indonesia telah banyak di coba AKDR seperti spiral margulis, lippes loop, AKDR M (Metal) dengan hasil yang baik. Kemudian dikembangkan kembali AKDR yang mengandung CU atau hormonal diantaranya seven cupper, multilood, cupper T380, medosa dan progestasert (AKDR dengan progesteron) BKKBN menggunakan cupper T380A sebagai standar yang digunakan (Manuaba, 1998).
Pada penelitian ini akseptor KB AKDR yang akan dilihat berdasarkan usia, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lama pemakaian, dan keluhan yang dialami.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Bererncana Nasional (BKKBN) Propinsi Lampung Tahun 2005, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Propinsi Lampung tercatat sebesar 1.344.747 orang dan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 937.841 orang (70,6%). Dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan AKDR sebanyak 124.834 orang (9,42%). Pada tahun yang sama jumlah PUS di Kota ....... sebesar 24.279 orang yang terdiri dari 17.685 orang (72,84%) peserta KB aktif dan 6.594 orang (27,15%) yang tidak mengikuti KB. Dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan AKDR sebanyak 2.589 orang (14,63%).
Berdasarkan data dari PLKB ....... tahun 2007 jumlah PUS di Kecamatan ....... Pusat sebesar 8.052 dengan jumlah KB yang aktif menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 2.779 (48%) peserta, pil sebesar 1.314 (23%) peserta, IUD sebesar 906 (15,5%) peserta, Implant sebesar 580 (9,9%) peserta, MOW sebesar 185 (3,2%) peserta, kondom sebesar 48 (0,8%) peserta, MOP sebesar 21 (0,4%) peserta.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Akseptor KB AKDR di Kecamatan ....... Pusat Tahun 2008 karena KB AKDR merupakan alat kontrasepsi terpilih.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah yaitu : "Bagaimana Gambaran Akseptor KB AKDR Kecamatan ....... Pusat Tahun 2008".

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tentang Akseptor KB AKDR di Kecamatan ....... Pusat.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran akseptor KB AKDR berdasarkan usia, paritas, pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi.
b. Diketahui gambaran akseptor KB AKDR berdasarkan lama pemakaian
c. Diketahui pengetahuan akseptor KB AKDR berdasarkan keluhan yang dirasakan.

D. Ruang Lingkup
Dalam melakukan penelitian, agar sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Akseptor KB AKDR di Kecamatan ....... Pusat
3. Objek Penelitian : Gambaran Akseptor KB AKDR
4. Lokasi Peneliti : Kecamatan ....... Pusat
5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui
6. Alasan Penelitian : Peneliti memilih Akseptor KB AKDR di Kecamatan ....... Pusat karena AKDR merupakan alat kontrasepsi terpilih.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan ilmu dan teori yang sudah didapatkan dari pendidikan dan menambah wawasan serta pengalaman mengenai gambaran Akseptor KB AKDR.
2. Bagi Institusi Kebidanan Wira Buana
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.
3. Bagi Akseptor KB
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang KB terutama KB AKDR.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Gambaran Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas
IKLAN2

Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (Mop) Di Wilayah Kerja Puskesmas

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB METODE OPERATIF PRIA (MOP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan usia subur dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB (BKKBN 2001).
Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di masyarakat mengenai alat kontrasepsi sehingga hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Rendahnya partisipasi pria dalam ber KB dapat memberikan dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak hanya kaum wanita saja yang selalu berperan aktif. Salah satu penyebab dari rendahnya pemakai kontap/vasektomi ini adalah karena tingkat pengetahuan masih rendah, informasi dan motivasi para kaum pria yang berstatus PUS disamping itu partisipasi kaum pria masih sangat rendah. (http//www.BKKBN.go.id)
Pengembangan program KB yang secara resmi dimulai sejak tahun 1970 telah memberikan dampak terhadap penurunan tingkat fertilitas total (TFR) yang cukup menggembirakan, namun partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah yaitu sekitar 0,4% (SDKI 2002-2003). Sedangkan di negara berkembang lainnya seperti Bangladesh 8%, Nepal 24%, Malaysia 16,8%. (SDKI 2002-2003). Hal ini selain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan suami akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesehatan dan keadilan.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 226 juta dan merupakan negara keempat dengan penduduk terbanyak di dunia. (www.BKKBN.go.id) sedangkan jumlah penduduk Kota Metro diperkirakan sebesar 130.348 orang. (Badan Pusat Statistik)
Menurut data BKKBN tahun 2003 melaporkan partisipasi pria dalam BKKBN secara nasional hanya 1,3% terdiri dari akseptor yang memakai kondom 0,7%, akseptor yang memakai vasektomi 0,6%. (http//wwwBKKBN.go.id). Peran pria dalam ber KB masih sangat rendah di Indonesia hanya 1,8%, jauh dari target tahun 2001 sebesar 2,41%, karena itu perlu upaya sangat keras dari pelaksana program untuk mencapai partisipasi pria menjadi 8% diakhir 2004 dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 (Kompas, 2001).
Berdasarkan data dari Puskesmas ............ jumlah PUS tahun 2007 sebesar 3372 dengan jumlah akseptor KB yang aktif 2934, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 1441 (49,1%), akseptor pil sebesar 648 (22,1%), akseptor IUD sebesar 395 (13,5%), akseptor implant sebesar 279 (9,5%), akseptor MOW sebesar 132 (4,5%), akseptor MOP sebesar 20 (0,7%), dan akseptor kondom sebesar 19 (0,6%).
Wilayah kerja Puskesmas ............ dibagi menjadi 3 yaitu, ............, Hadimulyo Barat dan Hadimulyo Timur. Berdasarkan data dari Puskesmas ............ tahun 2007 terdapat rincian sebagai berikut jumlah PUS di wilayah ............ sebesar 865 orang dengan jumlah KB aktif 853 orang dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 420 (49,2%), akseptor pil sebesar 184 (21,6%), akseptor IUD sebesar 119 (13,9%), akseptor implant sebesar 90 (10,6%), akseptor MOW sebesar 29 (3,4%), akseptor kondom sebesar (0,7%) dan akseptor MOP sebesar 5 (0,6%). Data Hadimulyo Barat jumlah PUS 1602 orang, KB aktif 1215 orang, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 589 (48,5%), akseptor pil sebesar 293 (24,1%), akseptor IUD sebesar 178 (14,7%), akseptor impant sebesar 91 (7,4%), akseptor MOW sebesar 47 (3,9%), akseptor kondom sebesar 9 (0,7%) dan akseptor MOP sebesar 8 (0,7%) sedangkan data Hadimulyo Timur jumlah PUS 905 orang, KB aktif 866 orang, dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebesar 432 (49,9%), akseptor pil sebesar 171 (19,7%) akseptor IUD sebesar 98 (11,3%), akseptor impant sebesar 98 (11,3%), akseptor MOW sebesar 56 (6,5%), akseptor kondom 4 (0,5%), dan akseptor MOP sebesar 7 (0,8%).
Menurut data dari Puskesmas ............ tahun 2007 terdapat 2934 akseptor KB aktif dan hanya terdapat 20 aksepor yang menggunakan KB MOP. Sedangkan vasektomi adalah metode efektif bagi laki-laki.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) MOP di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ........

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran akseptor keluarga berencana (KB) MOP di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ........

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis menetapkan ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Studi deskriptif
2. Objek penelitian : Gambaran akseptor KB MOP
3. Subyek penelitian : Suami yang menjadi akseptor KB MOP di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... .......
4. Lokasi penelitian : Wilayah Kerja Pukesmas ............ Kecamatan ...... .......
5. Waktu penelitian : Mei – Juni 2008
6. Alasan penelitian : Menurut data dari Pukesmas ............ tahun 2007 terdapat 2934 akseptor KB yang aktif dan hanya terdapat 0,7% pengguna KB MOP sedangkan KB MOP merupakan metode yang efektif bagi laki-laki.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka peneliti menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran akseptor KB MOP di Peskesmas ............ Kecamatan ...... ........
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan pengetahuan di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
b. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan karakteristik suami (pendidikan, ekonomi) di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
c. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan alasan ikut KB MOP di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007
d. Diperoleh gambaran akseptor KB MOP berdasarkan keluhan di Wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... Tahun 2007

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dalam bidang penelitian dan mengetahui keikutsertaan suami menjadi akseptor KB.
2. Bagi Suami
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi suami di wilayah kerja Puskesmas ............ Kecamatan ...... ....... mengenai alat/metode kontrasepsi pada pria.
3. Bagi Institusi Kebidanan Wira Buana
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN AKSEPTOR KB METODE OPERATIF PRIA (MOP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (Mop) Di Wilayah Kerja Puskesmas
IKLAN2

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Usia (6-24 Bulan) di Puskesmas

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING
ASI PADA BAYI USIA (6-24 BULAN) DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 yang dikutip oleh Siswono (2006) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI (gizi online, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Berdasarkan hasil pra survey di BPS Nur Aisyah Sekampung pada bulan Maret 2008, jumlah bayi yang berusia 6 – 24 bulan sebanyak 108 bayi dan sudah diberikan makanan pendamping ASI.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan Ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung ........... .......

B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah diatas maka penulis membuat rumusan masalah "Bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan".

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Obyek penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Subyek penelitian : Seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi 6 – 24 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI.
4. Lokasi penelitian : Di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten ........... .......
5. Waktu penelitian : Maret – Mei 2008.

D. Tujuan Penelitian
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung Kabupaten ........... .......

E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang didapat selama kuliah dalam rangka pengetahuan ibu menyusui.
2. Seluruh Ibu menyusui di desa Trimulyo Puskesmas Sekampung Kabupaten ........... .......
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.
3. Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA (6-24 BULAN) DI PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Usia (6-24 Bulan) di Puskesmas
IKLAN2

Tingkat Pengetahuan Ibu Primigravida tentang Kehamilan Fisiologis di RB

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG
KEHAMILAN FISIOLOGIS DI RB

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI (2002-2003) AKI di Indonesia sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (www.sdki.indonesia.com.id,2007). Penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklampsi. Sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi kronis. Selain itu keadaan ibu sejak pra hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo,2002:6).
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin juga merupakan masalah besar di negara berkembang dan negara miskin. Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin dan lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan tehnologi yang ada serta biaya relatif rendah (Sarwono Prawirohardjo,2002:3).
Sampai akhir 2007 jumlah ibu hamil mencapai 4.620.400 orang atau sekitar 3% dari jumlah penduduk Indonesia. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI, termasuk di antaranya program save motherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua Safe Motherhood juga cukup baik,yaitu 87% pada tahun 1997 namun mutunya perlu ditingkatkan terus. (Sarwono Prawirohardjo, 2002:7)
Dalam memantau program kesehatan dewasa ini digunakan indikator cakupan yaitu cakupan pelayanan antenatal, yaitu K1 untuk akses antenatal dan K4 untuk melihat kualitas antenatal.(www.artikelkesehatan.blogspot.com)
Berdasarkan data yang didapatkan penulis di lapangan pada waktu melakukan pra survei di RB Kartini ....... ........... ......... pada bulan Januari – Mei 2008 jumlah ibu hamil 96 orang dengan ibu primigravida berjumlah 42 orang yaitu 30 ibu hamil primigravida yang melakukan kunjungan awal dan 24 ibu hamil primigravidar yang mengalakukan kunjungan ulang.
Dari kebanyakan ibu primigravida sering mengatakan adanya keluhan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, pening dan lain-lain (Ayah Bunda, 2007). Kekhawatiran ini kemungkinan lebih disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh ibu. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang ada di latar belakang, penulis menggambarkan data awal yang merupakan rumusan masalah dalam penelitian adalah :
"Bagaimana pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis di RB Kartini ....... ........... ......... Tahun 2008?".

C. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian pengetahuan ibu Primigravida tentang kehamilan fisiologis ini adalah :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Obyek Penelitian : Pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis di RB Kartini ....... ........... ......... Tahun 2008
3. Subyek Penelitian : Seluruh ibu primigravida yang ada di RB Kartini ....... ........... ......... tahun 2008.
4. Lokasi penelitian : RB Kartini ....... ........... ..........
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei – Juni 2008
6. Alasan penelitian : Karena dari beberapa ibu hamil primigravida yang memeriksakan kehamilan di RB Kartini ....... ........... ......... belum mengetahui perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis di RB Kartini ....... ........... ......... tahun 2008.

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk peneliti.
Peneliti dapat mengetahui dengan jelas pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.
2. Untuk ibu primigravida (responden).
Agar ibu primigravida mendapat tambahan pengetahuan tentang kehamilan fisiologis.
3. Institusi pendidikan
Dapat dijadikan bahan bacaan, bagi mahasiswa / peneliti lain yang akan mengadakan penelitian terutama yang berkaitan dengan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis.
4. Bagi Bidan Praktik Swasta.
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelola program di RB Kartini ....... ........... ......... yaitu memberikan masukan agar dapat meningkatkan pelayanan kehamilan seoptimal mungkin.
5. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang meneliti tentang kehamilan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG
KEHAMILAN FISIOLOGIS DI RB
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Tingkat Pengetahuan Ibu Primigravida tentang Kehamilan Fisiologis di RB
IKLAN2

ANALISA SENAM HAMIL PADA IBU HAMIL DI KELAS IBU DI POSYANDU

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
ANALISA SENAM HAMIL PADA IBU HAMIL DI KELAS IBU DI POSYANDU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI tahun 2002/2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, sementara itu di negara tetangga Malyasia sebesar 36 per 100.000 kelahiran hidup, di Singgapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan di Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI termasuk diantaranya program Safe Matherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan keterlibatan aktif dari berbagai sektor pemerintah, organisasi non-pemerintah dan masyarakat serta dengan dukungan dari berbagai badan internasional, walaupun menunjukkan penurunan yang bermakna, namun target nasional untuk menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 masih jauh untuk dicapai.
Tiga pesan-pesan kunci MPS "Making Pregnancy Safer" yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Dari pelaksanaan MPS target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi lahir 15 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, misal pemeriksaan kehamilan pemberian gizi yang memadai dan lain-lain (www. Hanya wanita. Com/2006).
Mengajarkan senam membantu pemulihan fisik mendorong istirahat, dan relaksasi rutinitas fisik kemudian dibuat pada masa antenatal untuk meningkatkan kesehatan fisik dan membantu mencegah masalah. Dalam program penekanan diberikan pada wanita hamil yang belajar rileks dan nafas dalam selama kontraksi. Thomas dan Grantly Dick Read menawarkan program persalinan dan menjadi orang tua mencakup pendidikan relaksasi dan pernapasan, sama halnya dengan bentuk pendidikan lain, telah ada gerakan dari pengajar didaktik authoritarian menjadi pendekatan terpimpin nyeri punggung bawah lazim terjadi pada kehamilan dengan insiden yang dilaporkan bervariasi kira-kira 50% di Inggris (Mantk 1994) sampai mendekati 70% di Australia (Bullock Sasyton 1988) Manhe melaporkan bahwa 16% wanita-wanita yang diteliti mengeluh nyeri punggung yang hebat dan 36%. Dalam kajian Ostgaard et al, tahun 1991 melaporkan nyeri punggung yang signifikan faktor predispasis meliputi penambahan berat badan. Nyeri punggung terdahulu pada kehamilan merupakan predikrar nyeri punggung pada kehamilan berikutnya (McEvoy et al 2001).
Materi persiapan senam untuk menjadi orang tua umumnya dibatasi hanya untuk senam abdanmen dan senam dasar panggul dan banyak ibu meminta bimbingan lanjutan dan senam dasar panggul dan banyak ibu meminta bimbingan lanjutan untuk mendapatkan senam yang bermanfaat, telah tercatat bahwa hampir 45% dari ibu –ibu usia subur mengikuti senam (Sady dan Carpter 1989), 42% dari 1.000 wanita yang melakukan senam yang di survai melanjutkan aktivitas selama mereka hamil. Ibu-ibu yang senam tidak teratur sering menjadi lebih sadar tentang kesehatan ketika hamil dan memutuskan untuk mengikuti program senam untuk memperbaiki kesehatan dan kebugaran (Hammer Etal, 2000)
Sesungguhnya senam bukanlah hal yang aneh dan luar biasa wanita-wanita di negara maju amat menyukai senam dan dalam latihan fisik baik selagi hamil maupun diluar kehamilan untuk menjaga fisik dan mentalnya. Di Indonesia hal ini baru disadari dari kelompok masyarakat kota-kota besar moderen dan maju, demikian pula halnya dengan latihan senam hamil. Latihan senam hamil yang diberikan di rumah sakit dan di rumah dengan waktu –waktu senggang secara teratur, bila tidak ada keadaan yang sangat patologis akan dapat menuntun wanita hamil ke arah persalinan yang fisiologis, perasaan takut, ketegangan jiwa dan fisik dapat menyebabkan otot dan persendian kaku sehingga berjalan tidak wajar, untuk mengatasi hal tersebut di atas agar memperoleh ketenangan dan relaksasi yang sempurna menghadapi peristiwa persalinan diperlukan 3 hal yaitu : kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan pada penolong dan latihan senam hamil (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. 1998)
Secara statistik telah tercatat bahwa ada tingkatan kesejahteraan psikologis yang telah tinggi yang lebih tinggi perbaikan citra tubuh dan penurunan ketidak nyamanan fisik pada ibu hamil yang menunjukkan tanda stres selama melahirkan lebih rendah dari ibu yang tidak senam. (Macphail et al 2000) menyimpulkan bahwa penurunan kemungkinan resiko melahirkan sesaria pada wanita senam yang nalipara Eileen Bryashow. 2007).
Dari dari kota Metro pelaksanaan kelas ibu dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan pertemuan kelas ibu 3 kali, pertemuan pertama menjelaskan materi, setelah materi selesai dilakukan evaluasi dan tanya jawab, kemungkinan dilakukan senam hamil.
Sarana kelas itu di wilayah kerja Posyandu ............ 21 ....... ...... adalah lembar kelas ibu, kaset dan tipe, bantal dan tiker untuk senam hamil serta kursi dan meja untuk ibu hamil.
Pelaksanaan kelas ibu, bidan sebagai fasilitator, senam hamil (kelas ibu) merupakan program baru dari Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, maka penulis ingin menganalisis pelaksanaan senam hamil di Posyandu ............ 21 ....... .......

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu "Analisa Senam Hamil Pada Ibu Hamil di Kelas Ibu di Posyandu ............ 21 ....... ...... Tahun 2008".

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat peneliti : Analitik
2. Subyekt Peneliti : Ibu yang melaksanakan senam hamil
3. Obyek Peneliti : Pelaksanaan senam hamil
4. Tempat Penelitian : Posyandu ............ 21 ....... ......
5. Waktu : April – Mei 2008
6. Alasan Penelitian : Dalam Pelaksanaan Senam Hamil Ada Tingkat Kesejahteraan Psokologis, dan Penurunan Ketidaknyamanan Fisik Pada Ibu Hamil yang Menjalani Rutin Dibandingkan dengan yang Baik.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan senam hamil di kelas ibu di Posyandu ............ 21 ....... .......

E. Manfaat
Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat:
1. Untuk Ibu
Untuk menambah pengetahuan bagi ibu tentang pentingnya manfaat senam hamil
2. Bagi Petugas Kesehatan
Untuk dapat meningkatkan program yang sudah berjalan
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan penerapan hasil studi

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
ANALISA SENAM HAMIL PADA IBU HAMIL DI KELAS IBU DI POSYANDU
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - ANALISA SENAM HAMIL PADA IBU HAMIL DI KELAS IBU DI POSYANDU
IKLAN2

Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian interaksi dari pembangunan nasional yang secara keseluruhanya perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan SDM sebagai modal dasar pembangunan nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Dalam beberapa tahu terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup menggembirakan meskipun tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan Estimasi Susenas tahun 2002-2003 Angka Kematian Bayi (AKB) berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup (Indikator Kesejahteraan Anak 2000 (Estimasi SUPAS 1995) dan Estimasi Susenas 2002-2003).
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2003), Angka Kematian Bayi dari 46 per 1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (2002). Dan Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup (2003), namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, kematian ibu melahirkan, bayi, dan balita di Indonesia adalah yang tertinggi. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2005).
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaanya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Data Kabupaten .......... ...... pada tahun 2007 cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 81,99%, untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 97,56%. Kabupaten .......... ...... menargetkan cakupan penimbangan balita di posyandu mencapai 90% (Dinkes Kabupaten .......... ......, 2007).
Data Puskesmas Pekalongan Kecamatan Pekalongan pada tahun 2007, cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 76%. Untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 86%. Puskesmas Pekalongan Kecamatan Pekalongan menargetkan penimbangan balita di posyandu mencapai 100% (Puskesmas Pekalongan Kec. Pekalongan, 2007).
Di Kecamatan Pekalongan Kabupaten .......... ...... ada 6 desa yaitu desa Adirejo, Sidodadi, Gondangrejo, .........., Pekalongan, dan Tulus Rejo. Di desa Adirejo cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 86% di desa Sidodadi mencapai 78%, di desa Gondangrejo mencapai 83%, di desa .......... mencapai 40%, di desa mencapai 66% dan di desa Tulusrejo mencapai 79%. Dari keenam desa tersebut desa .......... yang cakupan penimbangan balita di posyandu yang paling rendah. Desa .......... Kecamatan Pekalongan menargetkan penimbangan di Posyandu mencapai 70%.
Di desa .......... terdapat empat posyandu yang tersebar di empat lingkungan yaitu Posyandu Nusa Indah, Ngudi Bahagia, ..... ..........., dan Eko Purnomo. Jumlah bidan ada 1 orang dan jumlah kader 22 orang, di setiap posyandu terdapat 5 kader. Berdasarkan survey di lokasi diperoleh data dari tiga tahun terakhir (2005-2007) yaitu pada tahun 2005: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 57%, Posyandu ..... ........... mencapai 29%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 44%, pada tahun 2006: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 50%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 47%, Posyandu ..... ........... mencapai 32%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 42%, dan pada tahun 2007: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 51%, Posyandu ..... ........... mencapai 30%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 39%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari keempat posyandu tersebut cakupan penimbangan balita yang paling rendah terdapat pada Posyandu ..... ............
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Posyandu ..... ........... Desa .......... Kecamatan Pekalongan untuk mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita.

B. Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah "Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu ..... ........... di Desa .......... Kec. Pekalongan?".

C. Ruang Lingkup
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu ..... ........... Desa .......... Kecamatan Pekalongan.
3. Subjek Penelitian : Semua ibu yang mempunyai balita untuk ditimbang di wilayah kerja Posyandu ..... ........... Desa .......... Kecamatan Pekalongan .......... .......
4. Lokasi Penelitian : Di Posyandu ..... ........... Desa .......... Kecamatan Pekalongan Kabupaten .......... .......
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2008.
6. Alasan Penelitian : Rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu ..... ........... Desa .......... Kecamatan Pekalongan Kabupaten .......... .......

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu ..... ........... Desa .......... Kecamatan Pekalongan Kabupaten .......... .......
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu berdasarkan karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi).
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan tentang cakupan kunjungan posyandu balita, partisipasi masyarakat terhadap kunjungan ke posyandu dan sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan dimasa mendatang.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
4. Bagi Ibu yang Mempunyai Balita
Menambah pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu dan sebagai masukan dan evaluasi peran serta ibu dalam kegiatan pelayanan posyandu.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu
IKLAN2

Pengetahuan dan Aplikasi Mahasiswi Tingkat II Akbid tentang Partograf

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN DAN APLIKASI MAHASISWI
TINGKAT II AKBID TENTANG PARTOGRAF

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan WHO, Angka Kematian Ibu adalah sebesar 500.000 jiwa dan Angka Kematian Bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih diragukan karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak dilaporkan (Prawirohardjo, 2002).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi baru Lahir sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004).
Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan (Manuaba, 1998).
Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap (Depkes RI, 2007).
Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil pra survey yang peneliti lakukan pada bulan Februari 2008 didapatkan jumlah mahasiswi AKBID .... ....... ....... sebanyak 173 orang, dimana 60 orang mahasiswi tingkat I, 60 orang mahasiswi tingkat II, dan 53 orang mahasiswi tingkat III. Pada mahasiswi tingkat II belum pernah dilakukan penelitian tentang partograf dan mereka juga belum pernah mengaplikasikan partograf dalam situasi dan kondisi yang riil, karena mahasiswa tingkat II belum melakukan kegiatan Praktek Klinik Kebidanan.
Berdasarkan pernyataan diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang "Pengetahuan mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang Partograf tahun 2008".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu "Bagaimana pengetahuan dan aplikasi mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang Partograf".

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : seluruh mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... .......
3. Objek Penelitian : Pengetahuan dan Aplikasi mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang partograf.
4. Lokasi Penelitian : AKBID .... ....... .......
5. Waktu Penelitian : April 2008

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan dan aplikasi mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang Partograf.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
 Diketahuinya pengetahuan mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang pengertian Partograf.
 Diketahuinya pengetahuan mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang tujuan penggunaan Partograf.
 Diketahuinya pengetahuan mahasiswi tingkat II AKBID .... ....... ....... tentang bagaimana mengaplikasikan dalam Partograf.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
2. Bagi Responden
Responden dapat mengetahui dengan jelas pengetahuan dan aplikasi dalam penggunaan partograf.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan wawasan penulis.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN DAN APLIKASI MAHASISWI TINGKAT II AKBID TENTANG PARTOGRAF
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Pengetahuan dan Aplikasi Mahasiswi Tingkat II Akbid tentang Partograf
IKLAN2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant Di Desa

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dan negara-negara lain relatif tinggi, hingga mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2002/2003). Penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi prioritas utama dalam pembangunan, bidang kesehatan di Indonesia. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan dapat terwujud dalam bentuk safe motherhood atau disebut juga penyelamat ibu dan bayi (Sarwono, 2002).
Masalah kematian ibu adalah masalah yang sangat kompleks seperti status wanita dan pendidikan. Masalah tersebut juga diperbaiki sejak awal. Tetapi kurang realistis apabila mengharapkan perubahan drastis dalam waktu yang singkat, (Sarwono 2002). Tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia wanita pada saat perkawinan pertama. Secara nasional, meskipun usia kawin pertama umum 25-49 tahun, telah ada peningkatan. Namun umur kawin yang pertama menunjukkan angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun, median umur kawin di pedesaan 18,3 tahun dan di perkotaan 20,3 tahun (SDKI, 2002-2003).
Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah mempunyai visi dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal. berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahtera-an, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia lanjut (Hanafi Hartanto, 2002).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan, efek samping, potensial, konsekwensi kegagalan/kehamilan yang tidak diinginkan. Besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB.
Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di suatu negara. Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 1998).
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaanya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE dan hambatan budaya (Sumber Advokasi KB, 2005). Dari hasil SDKI (2002-2003) diketahui banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain yang banyak disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal.
Bidan yang mempunyai peranan penting sebagai pendamping disepanjang siklus kehidupan wanita sejak periode perinatal, bayi, remaja, dewasa, kehamilan, persalinan, nifas dan menopause. Haruslah faham serta mengerti terhadap berbagai perubahan yang dihadapi wanita demi menuju kehidupan yang sehat.
Pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB maka jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila kesetaraan ber KB, pertahun, angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar 2555,5 juta (Sumarjati Arjoso, 2000). Terkait program KB nasional menurut kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan yaitu kesetaraan ber KB berdasarkan SDKI 2002, tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik menjadi 65,97% (Susenas, 2005). Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 (SDKI 2005) turun menjadi 2,5 (Susenas, 2004). Sedangkan laju pertambahan penduduk menunjukan angka penurunan dari 2,86% (Sarwono Prawirohardjo, 1990) menjadi 1,17% (Sarwono Prawirohardjo, 2000) (http: //situs kespro-info/kb/aju/ 2006/kb 01 html).
Berdasarkan hasil SDKI jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 mencapai 206,4 juta jiwa (102,8 juta perempuan dan 103,4 juta laki-laki). Sedangkan untuk jumlah PUS sekitar 34 juta pasangan. Presentasi KB aktif 60% (SDKI 2002-2003). Berdasarkan fakta utama KB, proporsi wanita PUS yang tidak ber KB masih cukup besar (40%) dan alasan utama wanita pus tidak ber KB adalah tidak subur (17%), masalah kesehatan (12%) dan takut efek samping (10%) (Sumber Advokasi KB, 2005). Jumlah peserta KB berdasarkan SDKI 2002-2003 meliputi peserta KB Suntik 27,8%, PIL KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB 4,3%, MOW 3,7% MOP 0,4% dan Kondom 0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%, dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara pantang berkala 1,6%, senggama terputus 1,5% dan cara lain 0,5%.
Jumlah WUS di Propinsi Lampung 1.868.903 orang. Hasil presurvey di BBKBN (2004) terdapat peserta KB implant sebanyak 9.730 orang (4,81%), sedangkan KB aktif yang menggunakan KB lainnya sebanyak 188.282 orang (95,09%).
Berdasarkan data jumlah penduduk yang ada di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ sebanyak 1.003 KK. Sedangkan untuk jumlah PUS, sebanyak 810 orang. Yang terbagi menjadi 5 dusun yaitu Dusun I sebanyak 180 PUS, 275 Wanita Usia Subur (WUS), Dusun II sebanyak 152 PUS, 203 WUS, Dusun III sebanyak 160 PUS, 223 WUS, Dusun IV sebanyak 169 PUS, 269 WUS, Dusun V sebanyak 149 PUS, 194 WUS, jumlah akseptor KB di wilayah ini tahun 2006 adalah akseptor KB PIL 156 orang (13,4%) Suntik 345 (29,6%) Implant 4 orang (0,3%), MOW 1 orang (0,08%) dan MOP 4 orang (0,3%).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Setelah mengidentifikasikan masalah, perumusan masalah, penelitian yang diambil adalah "Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ Tahun 2006?".

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Pasangan Usia Subur (PUS)
3. Objek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian KB implant
4. Lokasi Penelitian : Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........
5. Waktu Penelitian : Februari - Mei 2007
6. Alasan Penelitian : Berdasarkan data hasil presurvey, ibu yang menggunakan kontrasepsi implant hanya 4 orang (0,3%), sehingga penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sedikitnya minat ibu terhadap kontrasepsi implant.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap kontrasepsi implant di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.
 Untuk mengetahui gambaran tingkat pendapatan keluarga terhadap kontrasepsi implant di Desa .............. kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ Tahun 2006.
 Untuk mengetahui gambaran sikap ibu terhadap kontrasepsi implant di desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang telah diberikan dan diterima dalam rangka pengembangan kemampuan diri dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
2. Bagi instansi pendidikan
Dapat menambah bahan kepustakaan di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
3. Bagi instansi kesehatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi instansi kesehatan dalam pelayanan kesehatan, khususnya di Desa .............. Kecamatan ......... ....... Kabupaten ............ ........ tahun 2006.
4. Bagi PUS
Dapat menjadi saran dan masukan bagi PUS dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai kontrasepsi implant.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant Di Desa
IKLAN2

KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK DI BAWAH USIA SATU TAHUN DI WILAYAH KERJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

IKLAN1
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK DI BAWAH USIA SATU TAHUN DI WILAYAH KERJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia gerakan nasional Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia kedua pada acara puncak peringatan hari ibu ke-62 tanggal 22 Desember 1990, menunjukkan dukungan pemerintah dalam Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PP-ASI) (Soetjiningsih, 1998).
Dewasa ini di Indonesia 80-90% para ibu di daerah pedesaan masih menyusui anaknya sampai umur lebih dari dua tahun, tetapi di kota-kota Air Susu Ibu (ASI) sudah banyak diganti dengan susu botol. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan ASI ini. Di kota-kota banyak ibu-ibu ikut bekerja untuk mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui anaknya dengan baik dan teratur (Tumbelaka dalam Soetjiningsih, 1997).
ASI tidak perlu diragukan lagi, karena ASI merupakan makanan anak yang paling baik dan ASI juga bermanfaat bagi tumbuh kembang anak untuk lebih optimal, akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab misalnya ibu yang bekerja harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan tambahan bahkan harus dilakukan penyapihan dini (Soetjiningsih, 1998).
ASI mempunyai manfaat praktis dan psikologis yang harus dipertimbangkan bila ibu memilih metode untuk pemberian makanannya. Air susu ibu adalah yang paling cocok dari semua susu yang tersedia untuk anak manusia, karena ia secara unik disesuaikan untuk kebutuhan dirinya (Nelson, 1999).
ASI merupakan makanan ideal untuk anak, secara psikologis maupun biologis. ASI memberikan keuntungan bagi keluarga maupun bagi anak dan balita. ASI mengandung zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan dan melindungi anak terhadap infeksi terutama infeksi pencernaan (Pudjiadi, 1997).
Pada usia sampai dengan enam bulan kebutuhan anak dapat dipenuhi oleh ASI. Setelah itu kebutuhan anak semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan produksi ASI menurun. Karena itu anak memerlukan makanan tambahan (PASI) ini dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik. Namun demikian saat menyusui dapat dibentuk pemenuhan psikologis, sehingga menyusui dapat diteruskan minimal satu tahun, karena anak dibawah usia satu tahun dalam fase oral, dimana anak akan memerlukan kebutuhan rasa aman yang sangat dominan (Moehji, 2000).
Penyapihan anak diberbagai tempat dilakukan pada berbagai umur anak. Di masyarakat pedesaan umumnya penyapihan jarang dilakukan terhadap anak sebelum umur satu tahun, bahkan berlangsung lebih lama lagi, sampai umur lebih dari dua tahun. Dalam beberapa kasus, anak tidak disapih sampai berumur empat tahun. Dilain pihak, pada masyarakat perkotaan terdapat kecenderungan yang jelas bahwa penyapihan anak dilakukan pada umur yang lebih dini, bahkan ada pula yang menyapihkannya pada umur baru beberapa minggu (Suhardjo, 2000).
Penyapihan dibawah 1 tahun dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, misalnya Kurang Energi Protein (KEP). KEP dapat terjadi karena para ibu yang telah melahirkan, dan ibu kembali lagi bekerja sehingga harus meninggalkan anak dari pagi sampai sore. Dengan demikian anak tersebut tidak mendapat ASI yang merupakan nutrisi pokok disamping Pemberian Air Susu Ibu (PASI) atau makanan tambahan tidak diberikan sebagaimana mestinya (Pudjiadi, 1997).
Kebanyakan anak sedikit demi sedikit mengurangi volume frekuensi kebutuhan ASI-nya pada usia 6-12 bulan dan mereka menjadi terbiasa dengan penambahan jumlah makanan padat dan cairan dengan botol dan cangkir. Karena anak hanya butuh sedikit ASI, penyediaan ASI ibu makin lama makin berkurang, menyebabkan ibu terbebas dari kencang payudara. Penyapihan harus dimulai dengan mengganti susu formula atau susu sapi dengan botol atau cangkir pada sebagian ASI dan selanjutnya untuk semua bagian ASI (Nelson, 1999).
Penyapihan sangat bergantung pada keputusan pribadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kapan ibu bekerja kembali, bagaimana kesehatan ibu anak atau feeling ibu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengerti. Beberapa ahli menyatakan sebaiknya setelah anak berusia 1 tahun, mulai dilakukan peralihan dari puting susu ibu (www.google.com., 2006)
Tidak terpenuhinya nutrisi akan berpengaruh pada anak dan balita, sehingga timbul gizi kurang/buruk. Hal ini dapat dilihat dari SUSENAS (1998).
Dari hasil prasurvei peneliti dengan 10 orang ibu yang hadir disalah Posyandu sebanyak 7 orang (70%) mengatakan tidak mengerti apa itu penyapihan dan sebanyak 3 orang (30%) mengerti tentang penyapihan.
Berdasarkan data pra survey di Wilayah Kerja Puskesmas ........... pada tahun 2005 terdapat 30 anak yang disapih kurang dari satu tahun. (Data Puskesmas ..........., 2005).
Berdasarkan fenomena tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu belum mengerti tentang penyapihan. Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah usia satu tahun di wilayah kerja Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2005.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.2.1 Masih banyaknya ibu yang melakukan penyapihan dini pada bayinya yang berumur < style="font-weight: bold;">1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :"Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih bayinya di bawah usia satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2006.

1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... tahun 2006.

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik usia ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
2. Untuk mengetahui karakteristik paritas ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
4. Untuk mengetahui karakteristik pekerjaan ibu yang menyapih anak umur di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
5. Untuk mengetahui karakteristik penghasilan ibu yang menyapih anak di bawah umur satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Institusi Pendidikan Program Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan pengajaran yang berkaitan dengan nutrisi atau gizi.
1.6.2 Bagi Puskesmas
Setelah diketahui tentang karakteristik ibu yang menyapih anak di bawah satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006 dapat diharapkan dapat dijadikan bahan masukan terhadap penyapihan.
1.6.3 Bagi Penelitian Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif mengenai gambaran tentang karakteristik ibu yang menyapih anak dibawah 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
2. Lokasi Penelitian : Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
3. Waktu penelitian : Setelah proposal disetujui pada bulan Februari 2006
4. Subjek Penelitian : Ibu yang menyapih anak di bawah 1 tahun Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.
Alasan Penelitian : Masih banyak ibu yang masih mengabaikan menyapih dibawah 1 tahun Wilayah Kerja Puskesmas ........... Kabupaten ........... ...... tahun 2006.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK DI BAWAH USIA SATU TAHUN DI WILAYAH KERJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
lihat artikel selengkapnya - KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK DI BAWAH USIA SATU TAHUN DI WILAYAH KERJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
IKLAN2