TETAPLAH TENANG JIKA ANAK KEJANG DEMAM
Kejang demam banyak dialami anak balita yang memiliki sifat bawaan mudah mendapatkan gangguan kesehatan tersebut. Tidak seperti epilepsi, pencetus kejang demam pada umumnya demam tinggi. Bila kejang demam terjadi, tenanglah. Namun bila serangan itu berlanjut lebih dari lima menit, segeralah mencari bantuan dokter.
Orangtua mana pun biasanya panik bila tiba-tiba anak balitanya mengalami stuip atau kejang demam. Pada umumnya, mereka segera mencari sendok makan yang dibalut saputangan bersih, lalu gagang sendok diselipkan diantara gigi atas dan bawah. Tujuannya agar jalan napas tetap terbuka dan lidah si anak tidak tergigit sewaktu kejang.
Upaya lain, menurunkan suhu badan dengan cara membalurkan cairan alkohol ke bagian dada, tengkuk, dan dahi si anak. Sedangkan secara tradisional dengan mengusapkan tumbukan bawang merah dicampur jeruk nipis dan sedikit minyak kayu putih pada dada serta perut si anak.
Apakah semua tindakan ini memang berkhasiat?
Menurut dr. Dwi P. Widodo, neurolog anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, dalam seminar 'Kejang Demam pada Anak' beberapa waktu lalu, tindakan awal yang mesti dilakukan adalah menempatkan anak pada posisi miring. Tidak perlu memasukkan apa pun di antara gigi. Dr. M.V. Ghazali, dokter spesialis anak RS Pondok Indah Jakarta, dalam seminar yang sama menambahkan, anak yang sedang demam tinggi jangan diselimuti dengan selimut tebal, karena malah akan menambah demamnya akibat pembebasan panas dari dalam tubuh terhambat. Selain itu, pakaian yang kencang hendaknya dilepaskan.
Mengoleskan alkohol juga bisa menurunkan demam, tetapi kurang dianjurkan karena dikhawatirkan bisa mengenai mata. Bagi yang tidak tahan pada baunya, anak cukup dikompres air hangat suam-suam kuku dengan harapan saat air hangat menguap, panas dari tubuh si anak ikut terangkat. 'Sikap kita harus tetap tenang,' tambah dr. Dwi. 'Namun bila kejang tidak berhenti setelah lima menit, sebaiknya anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat'.
Sederhana dan kompleks
Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 - 4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.
Penderita pada umumnya mempunyai riwayat keluarga (orangtua atau saudara kandung) penderita kejang demam. Perkembangan anak yang sering mengalami stuip sering agak terlambat, mempunyai masalah pada masa neonatus (saat baru lahir), serta kadar natrium serum darah rendah.
Faktor risiko utama yang umum menimpa anak balita usia 3 bulan - 5 tahun ini adalah demam tinggi (di atas 38 oC). Bisa diakibatkan oleh misalnya infeksi tenggorokan atau infeksi lain seperti radang telinga, campak, cacar air, dll. Yang paling mengkhwatirkan kalau demam tinggi tersebut merupakan gejala peradangan otak, seperti meningitis atau ensefalitis.
Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 1 oC pun bisa menyebabkan kenaikan metabolisme basal (jumlah minimal energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh - Red.) sebanyak 10 - 15%, sementara kebutuhan oksigen pada otak naik sebesar 20%.
Pada anak balita, aliran darah ke otak mencapai 65% dari aliran seluruh tubuh (pada orang dewasa hanya 15%). Sebab itu kenaikan suhu tubuh lebih mudah menimbulkan gangguan pada metabolisme otak. Sehingga akan mengganggu keseimbangan sel otak yang menimbulkan terjadinya pelepasan muatan listrik yang menyebar ke seluruh jaringan otak. Akibatnya terjadi kekakuan otot yang menyebabkan kejang tadi.
Wujud kejang dapat pula berupa mata berbalik ke atas disertai kekakuan atau kelemahan. Atau, terjadi gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan.
Serangan pada umumnya timbul pada awal kenaikan suhu tubuh dan berlangsung kurang dari 10 menit. Kejang seluruh tubuh ini akan berhenti dengan sendirinya setelah mendapat pertolongan pertama. Setelah itu anak tampak capek, mengantuk, dan tidur pulas. Begitu terbangun kesadaran sudah pulih kembali.
Dr. Dwi menguraikan bahwa kejang demam dibedakan atas dua macam. Pertama, kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan sama sekali tidak menimbulkan kerusakan otak ataupun membahayakan jiwa si anak. Yang kedua, demam kompleks, yang berlangsung lebih dari 15 menit dan bisa terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam.
Pada umumnya pada kejang demam kompleks, si anak mempunyai kelainan neurologi atau riwayat kejang dalam keluarganya. Karena serangannya lebih lama, maka harus segera ditanggulangi. Bila tidak, adakalanya bisa mengakibatkan kerusakan otak. Kejang yang berlangsung lama dan terus menerus bisa mengganggu peredaran darah ke otak, kekurangan oksigen, kekurangan keseimbangan air dan elektrolit yang dapat mengakibatkan pembengkakan otak.
Bukan epilepsi
Indikasi perawatan di rumah sakit pada anak dengan kejang demam tergantung keadaan klinis dan keluarganya. Pada serangan kompleks, sebaiknya memang anak diobservasi di ruang gawat darurat selama beberapa jam untuk dievaluasi. Pada umumnya kondisi akan pulih setelah penyebab demam diketahui dan diobati.
'Namun, kalau keadaaan tidak stabil, misalnya ada kecurigaan penyebab lebih serius, sebaiknya dirawat,' pesan dr. Dwi. 'Sekitar 16% anak akan mengalami rekurensi dalam 24 jam pertama walaupun adakalanya belum bisa dipastikan apakah anak akan mengalami kejang kembali'.
Untuk mencegah serangan pada seorang anak dengan bawaan kejang demam, begitu anak mengalami demam yang terpenting secepat mungkin usahakan turunkan suhu badannya, dengan cara memberi obat penurun panas atau kompres. Selain itu perbanyak minum air putih.
Dokter pada umumnya juga akan memberikan resep obat pencegah kejang pada anak dengan bawaan demikian. Sehingga begitu si anak mengalami demam, obat bisa segera diberikan. Obat seperti diazepam dan phenobarbital dapat digunakan untuk mencegah serangan ulang, meskipun bukan jaminan penuh. Sebab, seperti diakui dr. Dwi, sampai saat ini, belum ada pengobatan yang aman dan efektif. Dengan alasan itu pula obat hanya diberikan selama demam, tidak boleh berlebihan. Pemberian berlebihan dikhawatirkan bisa menimbulkan efek samping. Kalau pemberian obat tidak mempan, hendaknya segera diteliti apakah ada penyebab lain yang lebih serius.
Sementara itu, anak terus dimonitor suhu badannya, karena dalam 16 jam pertama kemungkinan serangan ulang masih besar. Apalagi, kadangkala suhu yang tidak terlalu tinggi pun bisa memicu kejang demam.
Untuk mengetahui suhu badan, dr. Ghazali menganjurkan penggunaan termometer air raksa saja, karena kerjanya paling sederhana dan akurat. Caranya dengan memasukkan sebagian ke mulut, dijepitkan di ketiak, atau dimasukkan anus, selama lima menit. Sebelumnya, air raksa dalam termometer harus diturunkan sampai di bawah suhu normal dengan cara mengapitkan selama beberapa kali.
Lalu, apa beda kejang demam dengan kejang epilepsi? Pada epilepsi, tidak disertai demam. Epilepsi merupakan faktor bawaan yang disebabkan karena gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.
Memang, menurut survai ada sekitar 15% kasus epilepsi yang didahului dengan gejala kejang demam. Namun, kurang dari 5% anak kejang demam berkembang menjadi epilepsi.
Yang penting, para orangtua disarankan tetap waspada terhadap kemungkinan serangan kejang demam. Kalau serangan datang, orang tua hendaknya tetap tenang. Sebab emosi atau kebingungan tidak akan menyelesaikan masalah dengan cepat! (Nanny Selamihardja)
sumber: nakita"IKLAN3