INFERTILITAS
PENDAHULUAN
Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1 diantara 10 pasang akan mengalami hambatan untuk mempunyai anak.
Infertilitas bagi pasangan suami istri yang mendambakan anak menimbulkan kesedihan, kemarahan dan kekecewaan dalam keluarga. Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50 % pasangan suami istri untuk dapat memperoleh anak. Ini berarti separuhnya terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak ( adopsi), poligini atau bercerai.
Seringkali wanita yang dipersalahkan bila suatu pasangan suami istri sukar memperoleh keturunan. Sekitar 40 % kasus infertilitas disebabkan oleh kemandulan wanita, 30 % disebabkan oleh kemandulan pria dan 30% oleh keduanya. Kadang-kadang dalam pasangan suami istri, pria tidak bisa menerima kenyataan bahwa masalah berasal dari kedua belah pihak, sehingga akan menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena menganggap infertilitas sebagai suatu hal yang memalukan di masyarakat, dimana seorang pria diharapkan dapat meneruskan keturunannya sebagai ciri kejantanan.
Untuk itulah diperlukan suatu penanganan infertilitas yang menyeluruh dari tenaga kesehatan meliputi pasangan suami istri, keluarga dan lingkungannya, sehingga infertilitas tidak lagi menjadi suatu masalah yang dapat mengganggu kebahagian keluarga pasangan suami istri.
INFERTILITAS
A. Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah ketidamampuan untuk terjadi konsepsi setelah 1 tahun bersenggama tanpa menggunakan kontrasepsi.
Ada 2 jenis infertilitas :
1. Infertilitas primer , terjadi bila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama setelah 1 tahun tanpa kontrasepsi
2 Infertilitas sekunder terjadi bila istri pernah hamil, tetapi kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama selama 1 tahun tanpa
kontrasepsi.
Menurut data statistik 80 % terjadi kehamilan pada pasangan suami istri dalam
tahun bersenggama tanpa kontrasepsi, 86% terjadi kehamilan pada tahun ke-2.
Dapat dikatakan pasangan suami istri mengalami infertilitas bila pasangan yang ingin punya anak telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan setelah 1 tahun bersenggama. Menurut Steinberger dan Sherins (1970) pada pasangan infertil masing-masing anggota pasangan mungkin tidak infertil kalau berpasangan dengan yang lain. Setiap anggota pasangan infertil memiliki potensi fertilitas tertentu, jumlah keduanya menentukan kapasitas pasangan itu untuk mendapatkan keturunan. Dengan demikian perbaikan potensi fertilitas dari salah satu anggota pasangan dapat menghasilkan kehamilan. Pengobatan salah satu anggota pasangan infertil pada hakekatnya meningkatkan potensi fertilitas anggota pasangan tersebut, sehingga jumlah potensi fertilitas pasangan tersebut sebagai satu kesatuan biologik, dapat ditingkatkan menjadi lebih besar
Jadi fertilitas dan infertilitas itu merupakan kemampuan sepasang suami istri sebagai satu kesatuan biologik, sehingga tidak ada istilah infertilitas laki-laki atau infertilitas wanita.
B. Pemeriksaan infertilitas
Syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah :
· Istri yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 1 tahun. Pemeriksaan dapat dilakukan dini apabila :
~ Pernah mengalami keguguran berulang
~ Diketahui mengindap kelainan endokrin
~ Pernah mengalami peradangan rongga perut dan rongga panggul
~ Pernah mengalami bedah gynekologik
· Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang untuk pemeriksaan.
· Pasangan infertil yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
· Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggotanya mengindap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri dan anaknya.
Jenis pemeriksaan infertilitas adalah:
· Anamnesis lengkap
~ Identitas pasangan
~ Riwayat perkawinan
~ Riwayat kesehatan keluarga
~ Riwayat penyakit dahulu
~ Riwayat Obstetri
~ Riwayat menstruasi
· Pemeriksaan fisik
~ Pemeriksaan umum secara head to toe
~ Pemeriksaan Tanda-tanda vital
~ Pemeriksaan payudara
~ Pemeriksaan abdominal
~ Pemeriksaan ginekologi
· Pemeriksaan Diagnostik
~ Pemeriksaan ovulasi
- Pencatatan suhu basal dalam kurve
Bila siklus anovulatoir suhu basal bersifat bifasis, sedangkan bila terjadi ovulasi terdapat kenaikan suhu basal yang disebabkan karena pengaruh progesteron.
- Pemeriksaan vaginal smear
Pembentukan progesteron menimbulkan perubahan sitologis pada sel-sel superfisial.
- Pemeriksaan lendir servik
Progesteron menimbulkan sifat lendir servik menjadi kental dan membentuk gambaran fern bila lendir dikeringkan.
- Pemeriksaan endometrium
Kuretase pada fase premenstruil menghasilkan endometrium dalam stadium sekresi dengan gambaran histologis khas.
- Pemeriksaan hormon entrogen, ICSH, pregnadiol.
- Perhitungan masa subur
Bila siklus wanita berlangsung teratur selama 28 hari, maka suburnya kira-kira terjadi 2 minggu setelah HPHT ( hari ke-14 ). Kadang-kadang ditandai oleh nyeri dibagian bawah perut, keluarnya lendir banyak dari vagina.
~ Pemeriksaan sperma
- Sperma diperiksa dan ditampung setelah pasangan tidak melakukan senggama selama 3 hari dan diperiksa segera setelah dikeluarkan.
- Penilaian sperma meliputi :
Makroskopis : warna, volume, pH, bau.
Mikroskopis : jumlah, bentuk,motilitas, morpologi.
~ Pemeriksaan lendir servik
- Kekentalan lendir servik
Pada stadium proliferasi lendir servik agak cair karena pengaruh estrogen, sedangkan pada stadium sekresi lendir servik kental karena pengaruh progesteron.
- pH lendir servik
Lendir servik bersifat alkalis dengan pH 9
- Enzim proteolitik
Mempengaruhi viskositas lendir servik
- Immunoglobulin
Dapat menimbulkan aglutinasi dari sperma.
Pemeriksaannya menggunakan:
- Sim Huhner Test
Adalah uji pasca senggama pada pertengahan siklus haid, dilakukan 2 jam setelah senggama untuk menilai ketahanan hidup sperma dalam lendir servik.
- Kurzrock Miller Test
Adalah uji sederhana untuk mengukur kemampuan sperma masuk kedalam lendir servik
~ Pemeriksaan tuba
- Pertubasi ( Rubin Test )
Adalah pemeriksaan patensi tuba dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula / kateter folley yang dipasang pada kanalis servikalis, apabila salah satu atau kedua tuba paten, maka gas akan mengalir bebas kedalam kavum peritonei.
- Histerosalpingografi
Adalah pemeriksaan untuk mengetahui bentuk cavum uteri dan bentuk dari saluran tuba apabila terdapat sumbatan, dengan menyuntikan cairan contras kedalam uterus.
- Kuldoskopi
Untuk melihat secara langsung melalui suatu alat keadaan tuba dan ovarium.
- Laparaskopi
Untuk melihat secara langsung keadaan genitalia interna dan sekitarnya.
~ Pemeriksaan endometrium
- Dilakukan pada saat stadium premenstruil, dilakukan mikrokuretage untuk mengetahui gambaran histologi stadium sektesi.
C. Faktor yang mempengaruhi infertilitas
1) Faktor fisik
· Pada laki-laki
~ Kualitas dan kuantitas sperma
~ Menderita infeksi virus kelenjar getah bening bawah tulang rahang yang
mengakibatkan kerusakan pada testis.
~ Sperma tidak bisa keluar dari penis karena terdapat jaringan parut bekas ulkus
pada saluran sperma yang bisa disebabkan oleh PMS.
~ Mengalami gangguan dalam berhubungan seks karena : tidak bisa ereksi,
ereksi kurang lama, terlalu cepat ejakulasi.
~ Menderita penyakit menahun seperti diabetes, tuberculosis, dan malaria yang
dapat mengganggu kesuburan.
· Pada Wanita
~ Menderita jaringan parut pada saluran tuba atau dalam uterus. Jaringan parut
tersebut dapat mengganggu perjalanan sperma dan mengganggu sel telur
yang telah dibuahi menempel pada uterus.
Jaringan parut dapat disebabkan :
- Infeksi PMS
- Aborsi yang tidak aman
- Pemasangan IUD nonseptik sehingga menimbulkan infeksi.
- Tindakan bedah pada vagina,uterus,tuba atau ovarium
~ Tidak terjadi ovulasi
Disebabkan karena gangguan hormon reproduksi.
~ Terdapat fibroid dalam uterus
Fibroid dapat mencegah konsepsi atau menyulitkan kelestarian kehamilan.
~ Penyakit menahun
Penyakit seperti : Diabetes, TBC, Malaria.
2) Faktor psikologis
· Gangguan emosial yang kronis seperti ketakutan dan merasa tidak mampu untuk menjadi seorang ibu.
· Meningkatnya supersensitifitas karena pengaruh penambahan umur sehingga menjadi paraniod dan menyebabkan infertilitas.
3) Faktor lingkungan
~ Polusi udara, air yang tercemar, bahan kimia yang dipakai pabrik dan pertanian.
~ Merokok, minuman beralkohol dan kopi kental.
~ Suhu tinggi pada testis dan penekanan yang terlalu ketat.
~ Obat-obatan
D. Masalah yang timbul akibat infertilitas
· Kehilangan kepercayaan diri pada pasangan suami istri karena menganggap diri tidak mampu mempunyai keturunan.
· Timbul konflik dalam rumahtangga disebabkan karena salah satu pasangan merasa kecewa terhadap pasangannya yang tidak bisa membuat keturunan sampai berakhir dengan perceraian.
· Masih ada pandangan masyarakat bahwa terjadinya infertilitas itu yang disalahkan adalah wanita, karena wanita baru bisa baru bisa diterima status warga masyarakat sepenuhnya apabila telah menjadi seorang ibu.
· Trauma dan kecewa terhadap diri sendiri karena merasa tidak sempurna sebagai wanita.
· Menimbulkan perasaan rendah diri dan kebuntuan dimasa-masa mendatang.
· Mengalihkan fungsi keibuan pada interes-interes lain seperti mengutamakan pada kegiatan erotik dan seksual.
· Mengabdikan diri pada satu ideologi atau satu interes emosional tertentu.
E. Usaha untuk mengatasi kemandulan
· Infertilitas adalah masalah bersama antara suami dan isteri, dianjurkan untuk kerjasama dalam pemeriksaan, pengobatan dan tindak lanjutnya.
· Melakukan hubungan seksual pada masa subur.
Masa subur biasanya terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang. Selain itu bisa dilihat dari perubahan lendir servik yang terliha jernih, basah seperti putih telur. Pada saat itulah diharapkan suami istri melakukan senggama secara teratur sejak hari ke- 7 sampai hari ke- 16 dari siklus haid. Apabila sperma normal dianjurkan untuk melakukan senggama selang satu hari.
· Posisi yang baik saat melakukan hubungan seksual
Yaitu dengan posisi terlentang atau berbaring miring, kemudian setelah selesai tetaplah berbaring selama 20 menit untuk membantu sperma masuk kedalam uterus dan mencapai sel telur.
· Obati setiap ada gangguan kesehatan
Apabila salah satu pihak mengalami kemungkinan terkena PMS, sebaiknya diobati secara tuntas.
· Biasakan selalu hidup sehat
Makan makanan yang sehat, hindari merokok, mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, kafein atau soda. Biasakan untuk olah raga teratur dan istirahat yang cukup.
· Lakukan pemeriksaan kesehatan bersama pasangan apabila dalam 1 tahun belum ada tanda-tanda kehamilan untuk mengetahui secara dini kemungkinan adanya kalainan.
F. Konseling infertilitas
· Bersikap baik dan simpatik terhadap pasangan yang mengalami infertilitas, karena mereka membutuhkan dukungan dan pengertian.
· Memberikan pengertian terhadap pasangan untuk menghargai satu sama lain. Jangan saling menyalahkan.
· Memberi support bahwa keadaan sepeti ini tidak hanya menimpa satu pasangan saja, berikan alternatif pengobatan lain yang masih bisa di usahakan.
· Membantu mencari alaternatif untuk mengadopsi anak.
· Membantu pasangan untuk mencari jalan lain supaya dekat dengan anak-anak dan bisa menerima kenyataan hidup.
REFERENSI
· Psikologi Wanita jilid 2, hal 79,110,114,117,118.DR. Kartini Kartono.
· Ilmu Kebidanan , hal 496, 497, 500.
Sarwono Prawiroharjo.
· Ginekologi , hal 226-233.
Fakultas Kedokteran UNFAD.
· Kesehatan Reproduksi, hal 59-62
Dep. Kes RI & UNFPA
· Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan , hal 329-341.
A. Augat Burns, Yayasan Esensia medika.IKLAN3