BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan “Suatu penyakit Inpeksi yang menyerang saluran pernafasan mulai dari hidung sampai paru – paru dan bersifat akut” (Depkes RI, 1995). ISPA merupakan masalah kesehatan karena penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada golongan usia balita. “Besarnya masalah ISPA ini karena setiap anak diperkirakan mengalami 3 sampai 6 episode penyakit ISPA setiap tahunnya, berarti seorang balita rata – rata mendapat serangan ISPA 3 – 6 kali per tahun” (Ditjen PPM dan PLP, 1995).
Penyakit ISPA sebetulnya meliputi beberapa penyakit yang sebagian besar infeksinya hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Keadaan demikian apabila dibiarkan anak akan menderita radang paru (pnemonia) yang bisa mengakibatkan kematian. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA adalah melalui Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2.ISPA), dimana Program P2.ISPA ini menitikberatkan upaya pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada penyakit pneumonia (Ditjen PPM dan PLP, 1993).
Disisi lain penyakit ISPA pada saat ini tidak dapat dicegah secara langsung melalui imunisasi, karena belum tersedianya vaksin yang khusus untuk mencegah penyakit ISPA. Sedangkan “penyakit pneumonia membunuh sangat cepat kecuali jika mendapat pertolongan medis” (Arthag, 1992).
Kejadian ISPA terkait erat dengan pengetahuan tentang ISPA yang dimiliki oleh masyarakat khususnya ibu, karena “ibu sebagai penanggungjawab utama dalam pemeliharaan kesejahteraan keluarga. Mereka mengurus rumah tangga, menyiapkan keperluan rumah tangga, merawat keluarga yang sakit, dan lain sebagainya. Pada masa balita dimana balita masih sangat tergantung kepada ibunya, sangatlah jelas peranan ibu dalam menentukan kualitas kesejahteraan anaknya” (Nadesul, 2002). Karena itu sangatlah diperlukan adanya penyebaran informasi kepada masyarakat mengenai ISPA agar masyarakat khususnya ibu dapat menyikapi lebih dini segala hal – hal yang berkaitan dengan ISPA itu sendiri.
Selain itu program P2ISPA yang dilakukan oleh Depkes sendiri mengupayakan agar istilah ISPA lebih dikenal di masyarakat melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi lainnya.
Penyakit ISPA masih menjadi urutan pertama 10 penyakit terbesar dibeberapa Puskesmas di Indonesia. Hasil SKRT tahun 1997 penyakit ISPA menempati urutan teratas sebagai penyebab utama kematian pada anak berumur dibawah 1 tahun (36,4%).
Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak lima kasus diantara 1.000 bayi / balita. Berarti, akibat pneumonia, sebanyak 150.000 bayi / balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak per jam atau seorang bayi / balita tiap lima menit (www.profil medis.com, 2004).
Gambaran penyakit ISPA di Propinsi Lampung dari tahun ke tahun berdasarkan laporan kegiatan di Kabupaten / Kota menunjukkan adanya peningkatan kasus. Pada tahun 2003 kasus terbanyak terjadi di Kota Bandar Lampung sebesar 37,60% dan terendah di Kabupaten Tanggamus sebesar 2,17% (Profil Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2003). Sedangkan untuk Kotamadya Metro selama bulan Januari sampai Maret 2004 jumlah kasus sebesar 20% (Profil Dinas Kesehatan Metro, 2004).
Berdasarkan data hasil prasurvei di Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat, penyakit ISPA menempati urutan teratas dari sejumlah kasus penyakit infeksi yang diderita oleh anak khususnya balita.
Tabel 1. Persentase dan Jumlah Kasus ISPA pada Puskesmas Yosomulyo Tahun 2004.
No Bulan Jumlah Kunjungan Balita Jumlah Kasus ISPA Persentase
1 Januari 481 299 62%
2 Februari 450 267 59%
3 Maret 455 312 68%
4 April 330 243 73%
Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Yosomulyo, 2004
Berdasarkan tabel 1, tampak bahwa jumlah kasus ISPA cenderung terjadi peningkatan, lebih dari separuh balita yang berkunjung ke Puskesmas menderita ISPA. Untuk itulah peneliti ingin mengetahui bagaimana pengetahuan tentang ISPA pada ibu ynag memiliki balita sakit ISPA yang berobat ke Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengetahuan tentang ISPA pada ibu yang memiliki balita sakit ISPA yang berobat ke Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat ?”
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Ibu yang memiliki balita sakit ISPA yang berobat ke Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat pada bulan April tahun 2004
3. Objek Penelitian : Pengetahuan tentang ISPA pada ibu yang memiliki balita sakit ISPA
4. Lokasi Penelitian : Di Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat
5. Waktu Penelitian : Pada tanggal 5 Mei sampai 30 Mei 2004.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengetahuan tentang ISPA yang meliputi pengertian, penyebab, penggolongan, tanda dan gejala serta penanganan dari ISPA pada ibu yang memiliki balita yang berobat ke Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai infeksi saluran pernafasan akut dan penerapan ilmu yang didapat selama studi.
2. Bagi Lahan Praktek Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya mengenai tingkat pengetahuan masyarakat diwilayah kerjanya tentang ISPA serta dapat meningkatkan program penyuluhan dan penyebaran informasi lebih lanjut kepada masyarakat.
3. Bagi Ibu yang Memiliki Balita Sakit ISPA
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan ibu sehingga ibu dapat mendeteksi dini penyakit ISPA pada anak dan cara penanggulangannya.
4. Bagi Poltekkes Tanjungkarang Program Studi Kebidanan Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswanya tentang ISPA.