BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan antara lain ditandai dengan terjadinya peningkatan usia harapan hidup yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan jumlah usia lanjut (Depkes RI, 2003). Usia lanjut merupakan salah satu fase kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Fase ini dapat dilalui dengan baik bila usia lanjut selalu berada dalam kondisi yang sehat. Salah satu upayanya adalah dengan asupan gizi yang adekuat. Selain itu gizi yang baik juga berperan dalam upaya menurunkan presentase timbulnya penyakit karena usia lanjut merupakan populasi yang rentan terhadap serangan penyakit yang merupakan konsekuensi adanya penurunan fungsi tubuh (Wirakusumah, 2001). Namun pada kenyataannya masih banyak ditemui usia lanjut yang tidak sehat. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 memperlihatkan angka kesakitan pada usia lanjut diatas 45-59 tahun adalah sebesar 11,6% dan angka kesakitan pada usia >60 tahun sebesar 9,2% dimana mayoritas penyakit yang diderita adalah anemia (Depkes RI, 2003).
Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001 menemukan prevalensi penyakit tidak menular pada usia lanjut di Indonesia antara lain Anemia (46,3%), penyakit hipertensi (42,9%), penyakit sendi (39,6%), penyakit jantung dan pembuluh darah (10.7%) (Jurnal Kesmasnas, 2007).
Berdasarkan catatan yang ada di Puskesmas Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, dari 108 orang jumlah usia lanjut yang ada di posyandu lansia Balai Desa, mayoritas mengalami gangguan kesehatan seperti, Gout/rematik (31,50%), anemia klinis (29,62%), ISPA (12,04), hipertensi (12,90%), Diabetes Melitus (2,78%), lain-lain (11,10%). Dari 108 peserta posyandu yang ada di posyandu lansia Balai Desa terdapat 65 orang yang berusia diatas 60 tahun dan mayoritas mengalami gangguan kesahatan seperti Gout/rematik (30,77%), anemia klinis (27,69%), ISPA (13,85%), hipertensi (16,92%), Diabetes Melitus (2,78%), lain-lain (11,10%).
Kemunduran biologis dan depresi mental yang menyertai proses penuaan, seringkali menjadi hambatan bagi para usia lanjut untuk memperoleh asupan gizi yang berkualitas. Bahkan masalah-masalah fisiologis seperti terjadinya gangguan pencernaan, penurunan sensitivitas indera perasa dan pencium, malabsorpsi nutrisi, serta beberapa kemunduran fisik lainnya dapat menyebabkan rendahnya asupan gizi (Puspaswara, 2001). Kecuali itu penyakit yang diderita usia lanjut pada umumnya adalah penyakit degenerative, penyakit yang bersifat kronis, sering kambuh, multipatologis, proses penyembuhannya lama serta memerlukan biaya perawatan dan pengobatan yang relatif tinggi (Depkes RI, 2003). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Posyandu Lansia Desa Waymuli terdapat 108 peserta Posyandu dan 65 diantaranya berumur 60 tahun ke atas. Saat diberikan kuesioner pra survey kepada 10 orang usia lanjut ternyata 5 orang (50%) pengetahuan tentang kebutuhan gizi tidak baik, 4 orang (40%) kurang, 1 ornag (10%) pengetahuan cukup dan saat dilakukan wawancara terhadap 10 orang tersebut didapatkan 8 dari 10 orang hanya mengkonsumsi sedikit lauk dan sayur dalam seharinya. Sedangkan bila dilihat dari berat badan terdapat 4 orang yang IMT <18,5>25.
Dari data Biro Pusat Statistik tahun 2001 mengindikasikan bahwa banyak usia lanjut yang masih berperan sebagai kepala keluarga (55,7%). Umumnya mereka berpendidikan rendah, tidak tamat SD dan bahkan lebih dari 60% tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah (Jurnal Kesmasnas, 2007). Berdasarkan data yang ada di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008, dari 108 peserta Posyandu, 85,19% berpendidikan rendah terdiri dari tidak sekolah 15,74% dan Sekolah Dasar 69,45%. Sedangkan bila dilihat berdasarkan usia diatas 60 tahun, 100% berpendidikan rendah yaitu 86,15% tidak sekolah dan 13,85% Sekolah Dasar. Di desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan terdapat satu Posyandu Lansia dimana salah satu aktivitasnya adalah pengobatan, namun belum ada kegiatan pendidikan kesehatan bagi pesertanya.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan usia lajut tentang kebutuhan gizi usia lanjut di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian “Bagaimanakah pengetahuan usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut, di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008?
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Sifat Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek Penelitian : Peserta Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
3. Objek Penelitian : Gambaran pengetahaun usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008
4. Lokasi Penelitian : Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui (Mei-Juni 2008)
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut yang ada di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008
E. Manfaat Penelitian
Dengan diperolehnya gambaran pengetahuan peserta posyandu usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut, di Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007, diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dan bermanfaat:
1. Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan tentang pengetahuan lansia tentang kebutuhan gizi usia lanjut.
2. Tempat penelitian (Posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan Rajabasa)
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi bagi petugas dan peserta posyandu dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi yang baik sehangga mencapai kesehatan yang optimal di usia lanjut
3. Institusi pendidikan (Prodi Kebidanan Metro)
Diharapkan penelitian ini dapat disosialisasikan para peserta didik sebagai bahan pelajaran atau pengambangan materi dan dapat dijadikan acuan (referensi) bagi penelitian selanjutnya.