Perubahan Fisiologis Menopause

IKLAN1
A. Fisik
a. Ketidak teraturan Siklus Haid
Di usia pertengahan, ovarium yang menua berhenti merespon terhadap FSH dan LH, meskipun sekresi dari ini meningkat. Akibatnya lebih sedikit tolikel terbentuk dan lebih sedikit melepaskan telur, keluaran estrogen dan progesteron dari ovarium menurun, lapisan rahim berhenti menebal dan perdarahan menstruasi berganti pula dan pada akhirnya berhenti, rahim dan ovarium mulai mengerut (Hardjana. 2000). Menurut Jones (1997), wanita yang mendekati masa menopause mempunyai tiga pola haid yaitu :
(1) Haid tetap teratur dan kemudian tiba-tiba berhenti.
(2) Haid menjadi jarang, intervalnya menjadi lebih panjang sampai akhirnya berhenti.
(3) Haid menjadi tidak teratur. Haid kadang-kadang banyak, kadang¬kadang sedikit dan jarak waktu antara setiap periode haid tidak dapat diramalkan dengan baik. Wanita yang mempunyai pola haid seperti ini sebaiknya memeriksakan ke dokter. Dokter mungkin menganjurkan kuret untuk memastikan rahim normal agar perawatan bisa diberikan. Pada banyak wanita berhentinya menstruasi merupakan satu-satunya tanda menopause (Hardjana, 2000).

b. Rasa panas (Hot flash)
Perubahan sistem jantung dan pembuluh darah terjadi karena adanya perubahan metabolisme, menurunnya estrogen dan menurunnya pengeluaran hormon paratiroid. Hubungan emosi dengan sistem ini menimbulkan jantung mudah berdebar. Meningkatnya hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone) dan rendahnya estrogen dapat menimbulkan perubahan pembuluh darah. Melebarnya pembuluh darah pada wajah, leher dan tengkuk menimbulkan rasa panas yang disebut hot flash (Manuaba, 1999).

d. Kekeringan liang senggama (vagina)
Perubahan yang terjadi pada alat genitalia meliputi liang senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan mudah terjadi infeksi (infeksi kandung kencing, infeksi liang senggama). Daerah sensitif makin sulit untuk dirangsang. Saat hubungan seksual dapat terjadi nyeri (dispareunia), sulit mencapai orgasme. Lemahnya penyangga alat kelamin bagian dalam menyebabkan terasa kurang enak sekitar liang senggama, liang senggama terasa turun (menonjol) dalam bentuk tonjolan dinding bagian belakang (retrokel), dan mulut rahim terbuka. Kepuasan berkemih dan buang air besar semakin berkurang, seolah-olah masih terdapat sisa (Manuaba, 1999). Jika seorang wanita mengalami panas yang sangat parah sehingga menekannya, tersedia pengobatan. Biasanya, tablet hormon estrogen diberikan. Estrogen juga akan menyembuhkan wanita yang menderita vagina kering menyakitkan. Dalam kasus ini, biasanya dokter meresepkan krim vagina mengandung estrogen (Jones, 1997).

d. Perubahan Kulit
Seorang wanita pada masa menopause akan mengalami perubahan kulit. Lemak dibawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendor. Kulit mudah terbakar sinar matahari menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit timbul bintik hitam. Otot bawah kulit muka mengendor sehingga jatuh dan lembek. Kelenjar kulit kurang berfungsi, sehingga kulit menjadi kering dan keriput (Manuaba, 1999).
Langkah untuk menghambat proses penuaan kulit :
  • Jangan terlalu gemuk, sehingga hilangnya lemak bawah kulit tidak terlalu kentara.
  • Hindari sebanyak mungkin sinar matahari, karena ultraviolet dapat merusak kulit dan menimbulkan kanker kulit.
  • Kelancaran peredaran darah kulit dengan mengurangi kulit keriput melalui aktivitas fisik dan melakukan pengurutan (massage) diri sendiri atau ke salon kecantikan.
  • Memberikan pelembab kulit, sehingga kulit tampak terpelihara (Manuaba, 1999).
e. Pengeroposan Tulang (osteoporosis)
Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya hormon estrogen dan hormon paratiroid. Tulang mengalami diklasifikasi (pengapuran) artinya kalium menurun sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang. Patah tulang terutama terjadi pada persendian paha (Manuaba,1999). Untuk mencegah terjadinya osteoporosis selain minum hormon estrogen dan progesteron selama 5 - 10 tahun pertama setelah menopause. Langkah berikut dapat membantu mengurangi terjadinya osteoporosis :
  1. Meningkatkan pemasukan kalsium ke dalam makanan atau tablet kalsium yang diminum setiap sore, untuk menghasilkan pemasukan total sekitar 1,5 gram kalsium setiap hari.
  2. Berhenti merokok.
  3. Latihan olah raga teratur, memilih bentuk olah raga yang disukai. Jalan cepat selama 1 jam 3 kali seminggu sama efektif dengan program olah raga yang lebih kompleks (Jones, 1997)
f. Sembelit (obstipasi)
Menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi lambat. Kemampuan mengabsorpsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus dan usus besar yang lambat menimbulkan gangguan buang air besar berupa sembelit (obstipasi) (Manuaba, 1999).

g. Perubahan Saluran Kencing
Perubahan yang terjadi pada alat genitalia meliputi liang senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan mudah terjadi infeksi (infeksi kandung kencing, infeksi liang senggama). Daerah sensitif makin sulit untuk dirangsang. Saat hubungan seksual dapat terjadi nyeri (dispareunia), sulit mencapai orgasme. Lemahnya penyangga alat kelamin bagian dalam menyebabkan terasa kurang enak sekitar liang senggama, liang senggama terasa turun (menonjol) dalam bentuk tonjolan dinding bagian belakang (retrokel), dan mulut rahim terbuka. Kepuasan berkemih dan buang air besar semakin berkurang, seolah-olah masih terdapat sisa (Manuaba, 1999). Wanita yang telah melampaui masa menopause dapat memilih tablet estrogen untuk membantu mengurangi gangguan perkencingan (Jones, 1997).
Pada Vesica Urinaria (kandung kencing) tampak aktivitas kendali spincter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa sadar (Goggle. Com, 2006).

h. Perubahan Payudara
Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendor (Manuaba, 1999). Diserapnya lemak subcutan, atrofi jaringan parenkim, lobulus menciut, stroma jaringan ikat fibrosa menebal. Puting susu mengecil kurang erektil, pigmentasi berkurang, sehingga payudara menjadi datar dan mengendor.

B. Psikis / Psikologi
a. Citra diri
Perubahan pada temperamen dan perilaku pada orang tua dapat diterima sebagai tak terelakkan. Tetapi sejauh mana sungguh-sungguh karena pemburukan neurologis dan mental, kerap sulit untuk dinilai karena perubahan-perubahan juga dapat disebabkan oleh situasi sosial, psikologis dan fisik wanita (Hardjana, 2000). Beberapa wanita menemukan perubahan gelombang hormon dan kebutuhan untuk menyesuaikan dengan perubahan membuat menopause menjadi masa-masa yang sulit. Sangat sulit bagi dokter untuk memutuskan apakah gejala depresi, keletihan dan insomnia disebabkan gangguan emosional yang dalam, karena wanita tersebut melihat sekelilingnya dan tidak seperti apa yang dia lihat. Anak-anaknya tumbuh, dan atau meninggalkan rumah keluarga. harapan masa muda dan keinginannya lenyap kedalam kehidupan rutin. Suaminya kelihatan menemukan minat baru, meninggalkannya sendirian. Teman-temannya pun mengalami masalah yang serupa dan terus mengeluh seperti dirinya. Dia melihat perubahan ini, seperti kehilangan sesuatu. Yang dibayangkannya tentang kehidupan dan dia harus menyesuaikan dengan gejala asing dari menopause yang asing baginya (Jones. 1997).

b. Penyakit Depresi
Penyakit ini merupakan penyakit mental tetapi menurunnya saraf organik berperan atas munculnya. Ciri-cirinya adalah perasaan sedih yang akut, tak mampu, kecemasan, acuh tak acuh, rasa bersalah dan takut. Penyakit itu dapat dipicu oleh faktor-faktor internal (seperti depresi endogen) atau oleh peristiwa-peristiwa eksternal seperti mengetahui penyakit yang tak dapat disembuhkan (depresi reaktif) (Hardjana, 2000). Banyaknya rasa depresi pada usia menjelang tua ini memang berkaitan dengan kepahitan dan kepedihan hati, karena wanita yang bersangkutan merasa kehilangan "dunia remaja" indah yang sudah lampau (Kartono Kartini, 1992).

c. Pikun
Pikun biasanya mulai diketahui antara usia 70 dan 80 tahun, dan mempengaruhi ingatan dan dapat berkembang sampai titik dimana penderita lupa dengan orang dan bahkan dengan namanya sendiri. Sifat lupa itu menyebabkan tak mampu mengurus dan mengatur orang dan diri semakin membutuhkan perhatian bersamaan berjalannya waktu. Kehilangan orientasi pada waktu dan tempat dapat terjadi. Emosi menumpul dan semakin berkurangnya perhatian pada orang lain. Biasanya tidak ada pengertian pada penderita mengenai fakta bahwa ia sakit, yang merupakan sebab mengapa kadang-kadang menolak bantuan (Hardjana, 2000).

d. Bingung Akut
Ini merupakan gangguan yang paling umum pada orang tua. Gangguan ini merupakan gangguan otak yang disebabkan oleh penyakit fisik ditempat lain pada tubuh yang juga dikenal sebagai "syndrom otak akut". Lingkungan asing dan faktor-faktor psikologi lain juga dapat ikut berperan. Gejala-gejalanya adalah bingung, delirium, dan kehilangan orientasi pada waktu dan tempat. Persepsi tumpul dan penderita merasa takut, kerap bereaksi dengan keras terhadap situasi yang salah paham. Percakapan terkadang melantur. Akibatnya tergantung kepada keadaan mental yang ada sebelumnya dan sebab awal penyakit, tetapi sembuh sama sekali jarang (Hardjana, 2000).
IKLAN3