BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pencapaian Indonesia Sehat 2010 program pangan dan gizi memiliki tujuan yaitu meningkatkan ketersediaan pangan dengan jumlah yang cukup serta kualitas yang memadai dan tersedia sepanjang waktu yaitu melalui peningkatan bahan pangan dan penganekaragaman serta pengembangan produksi olahan, meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dalam upaya perbaikan status gizi untuk mencapai hidup sehat (Depkes RI, 2003).
Masalah gizi kurang masih tersebar luas di Negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakan bagi masyarakat guna meningkatkan keadaan gizinya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan suatu bangsa (Almatsier, 2003).
Beragam masalah kekurangan zat gizi yang sebagian mempunyai dampak yang sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi. Salah satu faktor penyebab keadaan ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk diberbagai negara sedang berkembang yang cenderung meningkat terus, sedangkan jumlah produksi pangan belum mampu mengimbangi walaupun diterapkan beragam teknologi mutakhir. Disamping faktor bertambahnya penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan pangan yang memadai, masalah gizi timbul karena berbagai faktor yang saling berkaitan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya (Suhardjo, 1996).
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat gizi apa yang kurang. Kekurangan zat gizi secara umum (makanan kurang dalam kualitas dan kuantitas menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak dan perilaku anak yang mengalami kurang gizi tersebut (Almatsier, 2003).
Masyarakat harus mengerti bahwa anak mereka membutuhkan makanan dengan cukup zat gizi demi masa depan mereka sehingga anak tersebut tidak terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gizi. Kelompok anak balita merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Sediaoetama, 2000).
Kondisi gizi salah di Indonesia yang terbanyak termasuk berat badan di bawah garis merah kebanyakan disebabkan oleh konsumsi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Kondisi gizi salah terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh dengan pesat yaitu kelompok balita (bawah lima tahun) dimana prevalensinya pada anak balita masih tinggi + 30-40%. Kebanyakan penyakit gizi ditandai dengan berat badan dibawah garis merah pada masa bayi dan anak ditandai 2 sindrom yaitu kwashiorkor dan marasmus (Hardjoprakoso, 1986).
Menurut Suhardjo, (1996) Klasifikasi keadaan berat badan balita di bawah garis merah yang paling sederhana dan umum dipakai adalah ukuran berat menurut umur yang kemudian dibandingkan terhadap ukuran baku, karena berat badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizinya. khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun, dimana keadaan seperti ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti : Tingkat pendidikan ibu, Tingkat ekonomi keluarga, Latar belakang sosial budaya keluarga dilihat dari pantangan makan, Paritas, Keadaan fisiologi, Sehingga faktor-faktor tersebut ikut menentukan besarnya presentase balita dengan berat badan di bawah garis merah.
Menurut Dep.Kes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003 sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Meskipun jumlahnya relatif lebih sedikit, kasus gizi buruk lebih cepat menarik perhatian media masa karena dapat dipotret dan kelihatan nyata penderitaan anak seperti : sakit, kurus, bengkak (busung), dan lemah. Mereka mudah dikenal dan dihitung karena dibawa ke rumah sakit. Keluarga dan masyarakat tidak dapat berbuat banyak bagi anak yang gizi buruk (www.bkkbn.go.id).
Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Lampung Timur gambaran keadaan gizi masyarakat di Indonesia sampai saat ini belum memuaskan. Pada tahun 2000 diperkirakan ada 25% anak Indonesia mengalami gizi kurang, 7% diantaranya gizi buruk. Pada tahun 2005 tersebut didapatkan jumlah balita di Kecamatan Labuhan Maringgai yaitu 5905 balita. Dimana didapatkan balita BGM 1,02% yaitu 60 balita.
Berdasarkan data Puskesmas Labuhan Maringgai bulan Januari 2006 didapatkan jumlah balita di Desa Muara Gading Mas yaitu 383 balita. Di desa tersebut juga ditemukan bayi dengan berat badan di bawah garis merah 3,7% yaitu 14 balita. Berdasarkan keadaan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sederhana tentang “Karakteristik Keluarga Dengan Balita BGM di Desa Muara Gading Mas”.
B. Rumusan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana karakteristik keluarga dengan balita BGM di Desa Muara Gading Mas”.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang di teliti adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Obyek Penelitian : Karakteristik keluarga dengan balita BGM
3. Subyek penelitian : Seluruh Balita BGM
4. Lokasi penelitian : Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur
5. Waktu Penelitian : Bulan 10 Mei 2006 s.d 14 Mei 2006
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM di Desa Muara Gading Mas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk :
a. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan tingkat pendidikan ibu.
b. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan tingkat ekonomi keluarga.
c. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan latar belakang sosial budaya keluarga dilihat dari pantangan makan
d. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan paritas.
e. Diperolehnya gambaran karakteristik keluarga dengan balita BGM berdasarkan keadaan fisiologi
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Desa Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan dalam perencanaan program peningkatan gizi di desa tersebut.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan program pelayanan kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan peneliti lain untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.